Jumat, 19 Oktober 2012

Balada Prologue Cerpen Si Mii

Gue cinta dunia tulis menulis dari SMP kelas 3 RM. Waktu itu, gue buat cerpen atau mungkin cerpan yang judulnya "Surat Kaleng". Selesai chapter 1, selanjutnya males bikin lagi. Dan itu lah yang membuat hatiku pilu RM . Karena prologue itu udah banyak bertebaran di memori si nootie yang cootie ini jadi aku sumbangkan pada kalian #plak.

Mungkin selain prologue yang mau gue tebar disini, gue juga mau tebar cerpen yang kagak ada endingnya atau malah baru part awal .

Cek cek cek cekidot (Ceritanya ngerapp :D )



;;Soulmate;;

"Mendung mengarak langkah gontai menyusuri aliran sungai asing. Mata sendu memandang awan dengan tak bergairah. Desiran angin musim hujan tampak bersemayam syahdu ditemani cicitan kecil yang saling berganti. Semarak guntur bersautan menemukan melodi tak beritme. Gelakan gerimis, miris menitikkan gelombang isyarat tak menentu. Pikiran yang tak ingin kembali ke lubuk, mengawang tak bergerak di terpa angin maupun rintikan gerimis"

;;Untittled;;

"Aku memandang lurus kebawah jembatan yang kini kupijak. Terlihat dengan jelas, jejeran kardus-kardus bekas yang sudah lusuh berdiri reot menyerupai rumah yang benar-benar tidak layak pakai. Jemuran baju pemilik rumah-rumah kardus itu, melentang tanpa tahu membentuk garis horizontal atau vertikal. Semerawut, sesak, jijik, kumuh mungkin sebagian gambaran tentang tempat yang kini asyik aku perhatikan itu. Anak-anak kecil nampak berlarian tanpa menggunakan alas kaki, kaki mereka terlihat begitu dekil dengan debu tebal yang menyelimuti. Sedang kondisi bajunyapun tak jauh berbeda dari kondisi kaki mereka, dekil. Miris sekali melihat kondisi anak-anak bangsa hidup dan tinggal ditempat yang tidak layak seperti ini. Dan yang harus kuakui adalah 19 tahun yang lalu aku bagian dari komunitas kumuh itu"

;;Rainy Train;;

 "Cuaca hari ini terlihat tak bersahabat, awan mendung mengantarku menuju pemberhentian terakhirku, setelah tiga tahun mengarungi kehidupan dengan landasan kemandirian atau tepatnya pelarian. Stasiun tugu Yogyakarta.

            Perlahan tapi pasti hujan mulai mengguyur kota yang mendapat julukan kota pelajar ini. Aku sedang berdiri diperon, saat kulihat kumpulan anak berseragam putih abu-abu tengah bercanda tawa diantara gerumunan orang-orang yang ingin berlindung dari air yang diteteskan awan. Entah mengapa aku teringat ke masa enam tahun kebelakang saat aku masih duduk dibangku SMA tepatnya kelas tiga. Saat hujan serempak mengguyur daerah Jakarta Selatan dan sekitarnya, tepat setelah bel tanda kegiatan belajar mengajar berakhir.

“gue tuh selalu suka kalau hujan disekolah. Sekolah jadi kelihatan indah banget” gumam Starvie
“iya sekolah kelihatan bersih karna debu-debunya kebawa air” ledek Pristha yang berada tepat disebelahnya
“tapi emang indah prist, sejuk banget. Apa karena warna catnya hijau?!” aku bersandar dipilar sambil terus memperhatikan hujan
“hijau emang selalu membawa kesejukan” kata Seena yang memfavoritkan warna hijau
“Gigie, Hae, Renby sama Caca kemana ya?” mata Pristha mencari-cari empat orang lagi sahabat kami
“Hae sama Renby lagi diruang BK –Bimbingan Konseling- kalau Gigie sama Caca lagi ke kamar mandi. Maklum musin hujan bawaanya kamar mandi mulu” Kata Starvie duduk bersandar dipilar
“pernah denger cerita tentang hujan?” tanyaku duduk disamping seena
            Mereka serempak menggeleng. Kualihkan pandanganku kearah dua manusia yang datang menghampiri, mereka adalah Gigie dan Caca.
“lagi cerita serem ya. Ikutan dong” seringai Caca duduk disebelahku
“gue gak ikutan” Gigie bersandar dipilar tanpa ingin ikutan gabung bersama kami yang sedang lesehan dilantai
“bukan cerita serem kok gie. Cuma cerita tentang hujan. Gue dapet cerita ini dari temen rumah gue, dia dapet dari neneknya. Konon hujan yang turun itu keinginan manusia yang enggak terkabul. Lihat saja, sekalinya hujan tetesannya gak kehitung. Sama kayak keinginan manusia, keinginan pertama belum terlaksana, keinginan kedua muncul, keinginan pertama dan kedua belum terlaksana keinginan ketiga muncul dan seterusnya dan seterusnya. Semua jatuh ditanah dan jadi satu menjadi aliran air keinginan yang nantinya akan menuju laut. Dan laut itulah wadah dari semua keinginan yang enggak terkabul. Trus laut bilang sama langit kalau keinginan kita tuh masih banyak banget sampai bumi lebih banyak air daripada daratannya. Makanya sering kita lihatkan langit biru tanpa awan, itu tandanya langit lagi nyimpen keinginan kita yang ada dilaut trus disimpen sampai akhirnya dikabulin”
“mana ada yang kayak gitu?! Langit birukan karna pantulan dari laut” Kata Hae yang dari tadi sudah mendengarkan ceritaku
“itukan cerita Hae gak bisa dong disamain sama ilmu pengetahuan” aku tersenyum melihatnya
trus kenapa kalau hujan malah jadi banyak bencana?! Kayak banjir, tanah longsor trus yang dilaut tsunami” Gigie tetap bersandar dipilar
“berarti loe nyalahin keinginan loe dong” aku melihat kearah Gigie
            Terlihat dia nampak mengerenyitkan keningnya
“iya dong, secara gak langsung dengan ucapan loe kayak gitu loe nyalahin keinginan loe yang berlebihan itu dan menjadi bencana buat orang lain. Tapi kalau menurut gue enggak lho, dengan adanya peringatan itu kita yang biasanya sendiri-sendiri jadi ikut ngebantu. Coba kalau misalnya gak dikasih peringatan maka kita pasti masih sendiri-sendiri, pasti lebih mentingin keinginan kita tanpa ngelihat keinginan orang lain. Lagian juga hujankan gak selamanya bencana. Coba lihat abis hujan pasti akan muncul keceriaan, bukan satu malah tujuh. Keinginan kita sendiri dan semua orang yang untuk kepentingan sendiri-sendiri, nantinya akan muncul keceriaan untuk bersama yaitu pelangi” kataku berdiri sambil menyunggingkan senyum
            Aku terhenyak saat tubuhku didorong seseorang"

;;Part I;;

Ini sebenernya udah ending tapi ya baru part I, kelanjutannya entah kapan bisa gue lanjutin :))

"Entah kenapa setiap melihat wajah itu, tubuh itu, suara itu jantungku tidak pernah membiarkan hidupku tenang. Gejolak dentuman yang dihasilkannya serasa kereta yang melaju cepat ditambah gong besar yang dipukul didalamnya, saat dia berada disekitarku, padahal hanya lewat sepintas didepan kelas, melihatku saja sepertinya tidak. Selalu saja menunduk dan tak berani menatapnya adalah aktivitasku sehari-hari bila berada didekatnya. Hanya mampu melihat dari jauh semua yang dilakukannya. Aku seperti bayangan yang selalu mengintai dan memperhatikannya, bayangan yang mungkin lebih mengetahui apa yang dia kerjakan ketimbang bayangannya sendiri. Sebenarnya aku sudah tak kuat memikul beban panah cinta yang ditancapkan dewi amor didadaku yang sepertinya sudah tidak ada ruang untuk panah bernama lain, tapi diseberang sana panah itu selalu meleset mencari tuannya yang tidak lain tidak bukan adalah orang yang selalu membuatku gemetar padahal aku tidak lapar. Ujian apapun mampu aku hadapi asal jangan berdekatan dengannya karna semeter saja aku berjarak dengannya kaki sudah gemetar tak bisa berjalan, tangan kaku seperti mumi, bahkan otakku tak bisa berpikir jernih atau malah aku terlihat seperti orang idiot. Kadang aku merasa sudah gila, menyukai seseorang sampai seperti ini, beda sekali dengan cerita percintakan teman-temanku yang berujung pada kata jadian, lihat aku! Tidak pipis dicelana saja sudah untung. Kadang aku patah hati sendiri karena tahu dia mempunyai pacar, atau baru mempunyai pacar. Semalaman menangisi kejadian itu dan mengutuki pacarnya bahkan aku bisa curhat ke temanku sampai pagi sambil terus mewek tetap bercerita dengan semangat ’45 sampai akhirnya mengerutu sendiri, teman yang menjadi pelabuhan curhatku tengah mendengkur mesra digagang telepon. Alhasil mataku bengkak setelah menangis semalaman dan yang lebih parah aku menjadi bahan lelucon anak-anak sekelasku.

“katanya Kevin bakal pindah ke US ya?”

            Sepenggal kata dalam kalimat itu merayap keseluruh penjuru tubuhku, membuatnya punya energi kembali untuk menguping pembicaraan sekelompok wanita yang ada dibelakangku saat makan siang dikantin. Posisiku berubah perlahan dari tertelungkup pasrah dimeja menjadi bersandar dibangku, karna masih sayup-sayup suara wanita-wanita itu perlahan aku merayap mendekati mereka.
“katanya sih gitu. Kasian banget si Nila baru pacaran sehari udah harus ditinggalin”
Aku semakin mendekat kearah mereka
“emang kenapa sih dia pindah?”
Selangkah lagi aku mendekat
“denger-denger sih katanya nyokapnya sakit ja…”
Percakapan berhenti, kenapa enggak dilanjutin?! Aku menoleh kearah 2 wanita itu. mereka nampak memandangku aneh, melihatku tengah berada disamping meja mereka sambil jongkok. Aku yang kepergok tengah menguping tersenyum sekenanya dan mencoba mencari kambing hitam.
“peniti gue jatoh. Liat gak?” aku masih jongkok sambil mencari-cari peniti fiktif
Mereka tetap memandangku aneh
“oh enggak ya. Yaudah” aku buru-buru bangkit meninggalkan mereka
            Disepanjang perjalanan aku mengutuki alasan bodohku. Pantas saja mereka memandangku aneh, seharusnya aku bilang sedang mencari koin, tik tik tik setiap detik aku sepertinya bertambah bodoh. Tapi apapun yang aku cari Kevin akan pergi dan kemungkinan besar aku tidak akan melihatnya lagi. Kenapa nasibku seperti ini?!. Pertanyaan itu tetap membanjiri hatiku sampai waktu sekolah berakhir. Keadaan diluarpun sepertinya mengetahui isi hatiku yang mengawang karena dilimpahkanNya tetesan air dari langit. Aku berdiri dibawah atap front office sekolah yang didepannya tepat gerbang sekolah bertengger. Aku terus menunduk memperhatikan sepatuku yang dekil, sambil terus memikirkan nasibku.
“kamu bawa payung gak? Aku harus cepet pulang tapi hujannya deres banget”
“hei”
Suara seseorang disampingku begitu menyebalkan, dia tidak tahu apa kalau aku tengah sedih gulana. Jangan sampai emosiku memuncak.
“HEII”
Suaranya terdengar seperti teriakan. Bagus ya membangunkan trio macan, ntar gue cakar loe dasar kucing garong.
“apaan sih berisik banget! Gak tahu apa orang lagi sedih bikin emosi aja” mataku tak bisa berkedip melihat sesosok yang tadi kumarahi tengah melihatku bingung
Secepat kilat aku membelakanginya, mencoba menahan malu tapi sepertinya aku sudah tidak punya malu.
“bego! bego! kenapa gue marahin Kevin?! Nambah jelek nih kesan dia sama gue” aku menggutukki tingkahku sendiri, aku seperti nenek tua yang disapu angin.
“mau pulang bareng sama aku gak?”
Huaa dia ngajakin seseorang pulang bareng. Patah hati! Aku tetap membelakanginya sambil menyandarkan kepalaku ditembok dan memukul-mukul tembok dengan tangan.
“hei aku bilang mau pulang bareng aku gak?”
Perempuan itu tuli apa ya?! Diajakin pulang bareng sama Kevin kok gak ada jawaban. Aku mengintip sebelah kiriku yaitu front office, kosong tidak ada orang, sedangkan kanankan gerbang mana mungkin ada orang?!. Perlahan aku balikkan tubuhku menghadap Kevin, memutar kepala kekiri dan kekanan kembali. Kami hanya berdua disini jadi artinya dia…
“mau pulang bareng gak? Ya walaupun gak pake payung tapi aku ada jaket” senyumnya membuat air liurku menetes
“ayo” tangannya dengan gesit menarik tanganku, sedetik kemudian aku sudah mencium aroma tubuhnya
            Berlari, berlari, dan terus berlari kami menhindari air yang mulai membasahi seluruh tubuh. Jejak langkahku seperti perjuangan panjang menuju hati Kevin. Entah Cuma perasaanku, aku merasa dada Kevin berdebar sangat kuat, wajahnya bahkan memerah.
“makasih ya” ya ampun baru pertama kali aku berucap benar dihadapan Kevin
“sama-sama basah kok gak usah bilang makasih” katanya didepan teras rumahku
“aku pulang dulu ya” dia bergegas berlari, refleks aku memegang tangannya. Ya ampun kok aku bisa sih?!
Dia menatapku tak berkedip, seolah tahu semua isi yang berada didalam hatiku. dia berdiam tak bergerak ditempat semua sedang aku masuk kedalam.
“nih” aku menyerahkan payung kearahnya
Dia menatapku bingung
“biar gak nambah basah haha” ketawaku terpaksa
Dia tersenyum sekilas kemudian membuka payungnya dan berjalan menjauh tanpa menengok lagi kearahku. Pengalaman pertama dan terakhir percintaanku, yang aku sendiri susah untuk menaralnya. Kevin oh Kevin. Semoga kita bisa berjumpa lagi dilain waktu"

;;d'8;;


"Gemerincing anting-anting lingkaran setengah oval yang bertumpuk jadi satu, menimbulkan bunyi tersendiri ditelingaku. Kugoyangkan kekiri dan kekanan anting yang akan menghiasi daun telingaku dua bulan mendatang. Hari yang mungkin sudah lama kutunggu. Hari dimana aku akan menjadi wanita dewasa seutuhnya. Hari disaat aku mengerti akan indahnya kehadiran sesosok rasa yang dulu tak pernah kupikirkan berlebih. Magic suara yang ditimbulkan anting-anting membuatku melamunkan hal-hal indah yang akan terjadi dua bulan mendatang. Kulihat bayanganku dicermin, merah merona pipi yang tak dilapisi blush on itu. Bibir itu terkembang sempurna saat mata bulat itu tertuju kearah bibir pucat bercahaya. Pantulan cermin tak lagi terlihat olehku, yang dapat kulihat sekarang adalah aku saat mengenakan kebaya putih dan duduk dipelaminan dan melihat seseorang yang berada tepat disampingku"

;;Senandung Lara;;


"Lantunan suara merdu Rian d’massive memenuhi setiap celah rumah itu. Rumah yang dihuni puluhan anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya. Rumah yang menjadi pelabuhan penderitaan anak-anak kecil itu. Rumah yang menjadi sarang kasih sayang akhir mereka. Rumah itu biasa disebut panti asuhan.
“Lara nanti panti akan kedatangan relawan baru, kamu sambut ya nak” suara keibuan yang sudah amat kukenali itu membelai gendang telingaku

Aku mengangguk

“siapa bu?”
“namanya Radith anak bapak relandho, donatur tetap kita. Jadi kamu harus bersikap baik sama dia ya” kata bu lela menepuk bahuku
            Aku tersenyum, kemudian melanjutkan aktivitasku sambil terus menyanyikan lagu jangan menyerah dari d’massive. Entah kenapa aku begitu menyukai lagu itu?! mungkin karena lagu itu mewakili kehidupanku. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Aku Lara Aulia, seorang gadis berumur 22 tahun yang tinggal dipanti asuhan Titipan Illahi ini dari kecil. Kehidupan sebagai anak yang ditelantarkan orang tuanya saja sudah membuat miris, ditambah lagi penglihatanku yang jauh dari kata terang alias tunanetra. Sedari kecil tidak ada yang ingin mengadopsiku karena keadaanku yang jauh dari sempurna, kadang aku merasa iri dengan mereka yang bisa melihat dunia yang penuh dengan warna ini sedang aku, yang bisa aku lihat hanya hitam dan gelap.
***
“aduh”
“kenapa?” aku mencari datangnya suara yang terdengar kesakitan
“siapa yang naruh kain pel disini?! Kepeleset deh gue” suara itu yang bisa kupastikan laki-laki
Aku tersenyum
“maaf mas, itu pasti anak-anak yang lupa naruh. Maaf ya” aku meraba mencari kain pel
“ini, gue Radith loe pasti Lara ya?” tangan yang sangat asing memegang tanganku sambil menyerahkan kain pel
“oh kamu Radith, lho kok kamu tahu aku?”
“papa sering cerita tentang loe”
            Kamipun mengobrol layaknya teman lama yang baru bertemu setelah lama berpisah. Dari caranya berbicara terlihat sekali dia begitu menghargai aku, jarang sekali ada seorang cowok yang bisa bersikap seperti itu, kalau mengingat keadaanku.
            Seminggu dia dipanti, aku sudah seperti sahabatnya. Saling membagi hal, kejadian dan peristiwa yang kami alami. Seru sekali mendengar kejadian yang dia alami didunia asing penuh warna itu.
“loe pernah pengen, maaf ngeliat ra”
“pengenlah dith, tapi aku gak punya uang buat beli kornea. Mahal banget mending buat biaya adik-adik”
“aku bersyukur dulu aku sempet bisa lihat dunia kamu” lanjutku
“maksudnya?! Dulu kamu bisa ngeliat?”
Aku mengangguk
“ceritanya panjang dari aku gak bisa lihat sampe aku kayak sekarang. Waktu aku umur enam tahun aku kepisah sama keluarga aku saat kami lagi jalan-jalan. Trus aku ditemuin sama keluarga pemulung, aku diangkat jadi anak sekaligus pembantu mereka. Aku disuruh nyuci, nyetrika, masak dan yang paling parah disuruh nyari uang. Bayangin aja umur enam tahun aku disuruh ngamen, mereka kejam banget sering mukulin aku dan yang bikin aku sedih, aku gak disekolahin sama mereka. Sampe akhirnya aku dibawa kerumah sakit, aku gak tahu kenapa aku dibawa kesana?! Padahal aku gak sakit, ternyata mereka ngejual kornea mata aku buat anak perempuan yang aku gak kenal. Setelah operasi pemindahan kornea itu, aku ditinggalin dipanti asuhan ini sampe sekarang”
Tak ada suara yang meluncur dari bibir Radith
“dith, kamu masih disinikan?”
“iya, gue lagi mikir aja. Kehidupan loe sama gue beda banget. Loe dari kecil udah ngerasain gimana kejamnya kehidupan sedang gue?! Malu gue jadi cowok. Malah sekarang gue lagi asyik ngerintis karier didunia yang penuh dengan keglamouran”
“syukuri dith, gak semua orang bisa seberuntung kamu. Kamu hidup serba kecukupan, dari segi financial cukup, kasih sayang keluarga cukup, cinta jangan ditanya, karier. Kamu penyanyi ngetop. Apa yang kurang?! Hidup itu anugerah tahu”
“Lara Lara itu mah lirik lagunya jangan menyerah” suara tawa terdengar ditelingaku
“lagu itu salah satu motivator aku. Aku harus bersyukur dengan apa yang aku punya, dengan apa yang udah Allah kasih ke aku. Aku gak mau jadi orang yang gak tahu terima kasih. Aku gak mau energiku habis dan waktu terbuang percuma kalau buat ngeluh”
            Plong! Tubuhku ringan tanpa ada beban, jalanku lurus tanpa ada rintangan, pikiranku terbang layaknya kapas yang diterbangkan angin. Semua masalah yang aku simpan, terbongkar sudah. Terbongkar sampai titik yang paling hitam. Entah aku juga tidak tahu mengapa aku bisa begitu terbuka mengungkapkan privasiku kepada Radith?!
“dith boleh minta satu hal sama kamu?”
“apa? Kalau gue bisa kasih pasti gue kasih”
“nyanyiin lagu jangan menyerah dong”
“yaelah mentang-mentang gue penyanyi, oke apa sih yang enggak buat nona lara”
“tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah …
            Rentetan melodi yang dinyanyikan Radith, membuatku menuju dunia yang belum pernah kutemui sebelumnya. Dunia yang teramat asing saat kumenginjaknya, dunia yang membuat semua orang seperti aku. Dunia yang membawaku pada suatu kebahagian yang tidak penah kukira.
***
            Aku berjalan disamping Radith, mencium aroma parfumnya sangat membuatku tenang. Hatiku aneh saat bersama dia, perasaanku mengawang saat berada didekatnya. Entah apa namanya ini?!
“kehidupan jadi penyanyi gak selamanya enak tahu ra. Kita kesini diikutin entertainment, kesana digosipin. Kalau tunangan gue tahu kan berabe”
“tunangan?!” suaraku sedikit menajam
“iya. Waduh gue belom cerita ya haha. Tunangan gue namanya Gea, gue kenal dia dari kecil. Gue suka banget sama matanya dia. Indah. Sejuk banget natap matanya dia”
Aku tak menjawab
“duh sorry ra, gak maksud gue ngomongin tentang itu” terdengar jelas kepanikan suaranya
Aku tersenyum
“gak apa-apa dith. Harusnya kamu lihat juga mata aku sebelum diganti sama mata ini. indah juga lho hehe”
            Bangunan yang didirikan bangsa romawi hancur seketika. Memusnahkan semua peradaban mengganti semuanya dengan debu. Kenapa hatiku mulai terasa sakit?!. Apa aku mulai menaruh harapan berlebih kepada Radith?! Kepada seseorang yang selalu menyanyikan lagu motivatorku itu, seseorang yang mengisi hidupku selama sebulan ini, seseorang yang mengubah pandanganku tentang dunia penuh warna itu, seseorang yang sepertinya sudah berhasil mengoalkan puluhan bola kedalam hatiku. Ah Radith.
***
            Tanganku ditarik jemari orang yang amat kusukai. Radith Aditya. Harus kuakui ternyata dia telah berhasil meruntuhkan benteng pertahanan hatiku, dengan suaranya aku bagai terhempas dibawa gelombang, dengan suaranya aku bagi Juliet yang sedang disanjung, dengan suaranya juga aku bisa melihat dunia yang tidak bisa kujelajahi.
“gue pengen ngenalin loe sama Gea, dia ada disini” suara itu penuh dengan getaran semangat
            Aku diam tak bergeming, menuruti semua gerakan yang dia perintahkan sangat aman dengan kekuranganku ini. kenapa dada ini bergetar mendengar nama Gea?!
“Gea” tangan lembut dengan jemari yang kurus menjabat lembut tanganku
“Lara”
            Selanjutnya percakapan didominasi Radith dan Gea. Aku hanya menemani percakapan meraka di taman belakang panti. Mendengar ucapan mereka yang begitu mesra membuat hatiku ditetesi cairan asam. Perih.
“Radith cerita banyak soal kamu” Gea berujar saat Radith sudah tidak ada
“oh iya?! Cerita apa?”
“cerita tentang perjalanan hidup kamu, oh iya ra aku boleh tanya?”
“boleh, tanya apa?”
“nama panjang kamu apa? Kejadiannya kamu kepisah sama orang tua kamu gimana? Trus rumah sakit tempat operasi kornea mata kamu apa?”
“waduh nanyanya panjang banget hehe. Nama aku Lara Aulia, aku kepisah sama keluarga aku saat jalan-jalan didaerah bandung, kalau gak salah rumah sakit Harapan Jaya”
            Tangan lembut itu menyentuh jemariku. Seakan dia ingin memikul sebagian permasalah yang terjadi dihidupku. Beruntung sekali Radith mempunyai tunangan seperti Gea. Berbeda jauh sekali aku dengan Gea, secara fisikpun aku kalah jauh, apa bisa aku memenangkan hati Radith?!"

;; Untittled-d'8 ;;

"           “mi pulang bareng ya” kata anggi

            “yaudah tapi w piket dulu” kataku
Akhirnya anggi menungguku yang hari ini ada jadwal piket. Stephanie yang biasa pulang dengan anggi menunggu pula, arimbi yang searah dengan stephanie mau tidak mau ikut menunggu. Eka yang melihat kejadian saling menunggu itu akhirnya ikut-ikutan menungguku piket, begitu pula dengan april yang searah dengan eka. Peristiwa langka tapi unik yang saling beruntun ini merupakan pintu gerbang dari terbentuknya suatu ikatan yang dinamakan persahabatan. Hari itu hari rabu, semester awal saat aku kelas satu di SMKN 41. Setelah selesai membersihkan kelasku"

;;Wishing;;

"Aku duduk dibawah rindangnya pohon beringin dibelakang kampus. Ku tatap mesra laptopku yang sedari tadi hitam legam screennya. Kuputar kekiri kekanan keatas kebawah tetap aku tidak bisa menghidupkan laptopku. Akhirnya aku letakkan laptopnya disampingku, berharap dia akan hidup setelah tahu aku marah kepadanya.

            “kenapa ren?” Tanya seseorang dibelakangku

Aku memalingkan wajah kearah datangnya suara, ternyata virnie teman baikku.
            “si lappy ngambek” kataku cemberut
            “ya dibenerin dong, cowok gue bisa tuh” kata virnie
            “ada apaan sih?! Kok bawa-bawa gue” Tanya seseorang dengan suara berat
Aku dan virnie mencari datangnya suara itu. Setelah tahu kalau suara itu milik kakak seniorku yang merangkap pacarnya virnie, langsung saja aku sodorkan lappy kewajahnya. Refleks dia mengambil laptopku dan memegangnya kemudian menatapku dengan tatapan bingung.
            “benerin lappy gue dong kak tadi kata virnie loe bisa” kataku
            “bisa sih asal bayarannya memuaskan” katanya tersenyum
            “siap, apa sih yang enggak buat kak tio” kataku merangkul tangannya
            “gak usah pake rangkul-rangkulan deh” kata virnie melepaskan tanganku
Kemudian dia merangkul tangan kak tio, kak tio dan aku hanya tersenyum melihat tingkah virnie. Kak tio selain kakak seniorku dikampus, dia juga kakak kelasku sewaktu SMA. Sebenarnya aku sudah menyukainya dari SMA sampai sekarangpun aku masih menyukainya. Tapi apa daya virnie yang mendapatkannya, aku menyesal membiarkan kejadian itu. sekarang aku hanya bisa berdoa semoga waktu bisa berputar lagi ke masa lalu.
***
Aku berjalan menyusuri lorong kampus, terlihat keramaian terjadi diujung lorong. Aku berlari mendekat, alangkah kagetnya aku ada seseorang yang tengah dilempari gulungan kertas. Aku lebih kaget ternyata orang yang tengah dilempari gulungan kertas itu adalah teman baikku saat SMA, riska namanya.
            “udah! udah! Ngapain sih?!” kataku menghentikan mereka
            “ngapain loe ngebelain cewek aneh ini?!” kata seorang cewek menunjuk ke riska
dia temen gue wajar gue belain, lagian loe juga gak berhak maen hakim sendiri” bantahku
“ah terserah loelah” katanya menjauh
Aku mendekat kearah riska yang dari tadi hanya meringkuk pasrah. Aku begitu kasihan melihat keadaanya sekarang, dulu dia teman baikku selain virnie. Sewaktu SMA riska adalah seorang siswi yang cantik, berprestasi tentunya siswi yang sangat ceria. Tapi sekarang berbalik 180°, riska yang sekarang tak pernah tersenyum, penyendiri, pemurung bahkan teman-teman sekampus menganggapnya aneh, walaupun dia tetap berprestasi.
“gak usah sok nolongin gue! gak usah sok mau pahlawan! Lelat!” katanya melirik kearahku
Dia berdiri dan meninggalkanku. Aku menatapnya sedih, aku merasa sangat bersalah kepadanya karna kesalahanku dia menjadi seperti sekarang. Aku hanya bisa berdoa aku bisa memutar ulang waktu, aku ingin memperbaiki kesalahanku. Kesalahan melepaskan kak tio dan juga kesalahan meninggalkan riska dalam kesendirian.
***
Tepat pukul 22.00 wib aku bersiap menuju tempat tidur. Saat aku terbaring diatas kasur, pikiranku melayang kekenangan masa-masa putih abu-abu.
“ya Tuhan rena pengen banget waktu bisa diulang, rena pengen memperbaiki kesalahan rena. rena pengen bantu riska, rena pengen kak tio tahu rena sayang sama dia. rena mohon Tuhan Amien” doaku
***
Mentari mulai menyerang, sinarnya menyentuh wajahku, membuatku terbangun dari mimpi indahku. Aku bangkit dan menuju kamar mandi. Kukenakan kaos warna biru dengan perpaduan jeans hitam. Kuselempangkan tas hitamku, tanpa kulupa buku modul kutenteng karna tidak muat aku masukkan ke dalam tas. Aku menuruni tangga dan menuju ruang makan, langsung saja aku ambil roti tawar yang sudah diolesi selai coklat.
            “ren mau kemana?” Tanya mama
            “mau kuliahlah ma” kataku duduk dikursi makan
            “kuliah?! Kamu nih ngaco deh, kamu tuh baru kelas 2 SMA” kata mama
            “kelas 2 SMA?! Mama nih yang ngaco, aku tuh udah kuliah semester 1” kataku     sambil menatap
            “lah kok malah ngatain mama, udah sana ganti baju nanti telat lho” kata mama       beranjak pergi
Aku berjalan mendekati kalender, terlihat dengan jelas tulisan Juli 2008.
            “doa gue dikabulin” batinku bersorak
***
Aku berjalan takut-takut menuju kelas, aku masih belum percaya kembali ke 2 tahun yang lalu. Aku melirik kedalam kelas, ramai dengan teman-temanku dulu SMA.
            “ren ngapain sih?! ngendap-ngendap gitu” kata suara yang sangat kukenal
Aku membalikkan tubuhku, mataku terbelalak didepanku sekarang ada riska. Riska sahabatku, riska yang ceria tersenyum melihatku. Aku memeluknya erat.
            “kenapa sih loe?!” tanyanya
            “gue seneng banget loe kayak gini lagi” kataku
            “emang gue kenapa?” tanyanya
Tiba-tiba terdengar lantunan lagu christian bautista yang the way you look at me.
            “bentar ya ren nyokap gue nelpon” kata riska
Riska menjauh dariku, aku memandangnya terlihat ekspresi riska yang berubah sendu.
            “gue inget kejadian ini, dulu gue gak terlalu meratiin riska karna gue sibuk sendiri ama semua hal tentang kak tio sampe-sampe gue gak sadar temen gue lagi ada    masalah keluarga, masalah perceraian orang tuanya” batinku
            “ren” kata seseorang dibelakangku
Aku tertegun dihadapanku sekarang ada seseorang yang amat kusukai. Dia tersenyum kearahku. Aku ingat, dulu dia menghampiriku ingin mengundangku ke panti asuhan sayang anak, aku juga tidak tahu mengapa ia ingin aku datang kesana?! tapi karna ketiduran jadi aku tidak pergi untuk menemuinya, kak tio pun tidak menggubrisnya sehingga itu menjadi sesuatu yang terlupakan sampai akhirnya ada kabar bahwa kak tio berpacaran dengan virnie. Sampai sekarangpun aku tidak tahu apa yang terjadi disana?!
            “ya kak” kataku
            “gue pengen loe nanti sore dateng ke panti asuhan sayang anak” katanya
            “ngapain?” tanyaku
            “pokoknya loe harus dateng” katanya tersenyum
Kemudian dia menjauh dariku, aku menatapnya bingung. Yang harus kuselesaikan sekarang adalah menemani riska, aku tidak mau riska menanggung deritanya ini sendirian.
            “kak kayaknya gue gak bisa deh” kataku
Kak tio membalikkan badannya kemudian tersenyum manja kearahku.
            “gue bakal nungguin loe, kalo loe gak dateng berarti loe tega ngebiarin gue nunggu            hal yang sia-sia” katanya
***
Aku langkahkan kakiku menuju pintu masuk rumah riska, aku mengkhawatirkannya karna tadi dia pulang lebih awal. Saat aku ingin mengetuk pintu rumahnnya, tiba-tiba pintunya terbuka terlihat riska bercucuran airmata. Saat dia melihatku, dia langsung memelukku. Aku membawanya ketaman komplek.
            “kenapa sih mereka?! Mereka gak tau apa kalo gue yang jadi korban” isaknya
            “mungkin ini jalan terbaik buat mereka ris, kita gak tau apa yang terjadi?! Mungkin            selama ini mereka udah berusaha buat tetep mempersatukan semuanya, itu mungkin    karna loe. Tapi mungkin prinsip mereka udah beda dan akhirnya malah selalu ribut,             loe harus bisa ngerti itu ris” nasihatku
            “loe tau apa sih ren?! Loe gak ngalamin apa yang gue rasain, nyokap bokap loe gak            pernah mau cerai” isaknya
            “gue emang enggak ngalamin apa yang loe alamin, tapi gue tau rasanya kehilangan             orang yang kita sayang dan gue gak mau loe ngerasain hal itu” kataku
            “sorry gue gak maksud ngingetin loe ama bokap loe” katanya
            “ enggak apa-apa dia juga udah tenang disana” kataku tersenyum
Riska tersenyum melihatku, wajahnya terlihat lebih tenang dari sebelumnya.
            “oya loe ngapain disini?! Bukannya loe mau ketemuan ama kak tio?” tanyanya
            “kok loe bisa tau?! Gak penting juga, mending gue nemenin loe disini” kataku
            “gak penting darimana?! Gue ama kak tio udah ngerencanain ini dari lama”            katanya berdiri
            “apaan sih maksud loe?! Gue gak ngerti nih ris” kataku
            “sambil jalan aja gue ceritainnya” katanya menarik tanganku
Riska menceritakan kalau kak tio hari ini ingin memperkenalkan aku ke ibunya, tapi sebelum itu dia ingin mengatakan perasaannya kepadaku. Sebenarnya kak tio sudah menyukaiku semenjak aku kelas 1. Sekarang permasalahnya adalah ibunya kak tio tinggal di Australia, beliau ke Indonesia hanya 2X setahun, itu juga hanya mengunjungi panti asuhan sayang anak yang didirikannya. Yang paling membuatku cemas adalah mereka berdua membuat kesepakatan mengenai pacar kak tio nantinya, kalau pilihan kak tio masuk kriteria ibunya dia akan tetap di indonesia, tetapi kalau tidak terpaksa kak tio harus tinggal di Australia.
***
Aku memasuki gerbang panti asuhan sayang anak saat aku melihat kak tio tengah bersanding dengan virnie. Riska membawaku berlari menuju kerumunan anak-anak kecil itu.
            “virnie sudah berapa lama pacaran sama tio?” Tanya seorang wanita paruh baya
            “baru kok tante, sebenernya virnie suka ama kak tio sih dari pertengahan kelas 1”   kata virnie berseri-seri
Aku sangat terkejut ternyata virnie juga menyukai kak tio. Saat aku dan riska berdiri tepat dihadapan ibu kak tio.
            “maaf tante ada kesalahpahaman disini” kata riska
Aku memegang tangan riska berusaha untuk menghentikannya, walaupun aku bisa merubah sikap riska tapi aku tidak mau merubah sikap virnie.
            “saya riska tante, saya ingin meluruskan satu hal. Sebenarnya yang ingin dikenalkan           ke tante bukan virnie tapi rena” kata riska menarik tanganku
Aku merunduk, tak mampu aku melihat semua orang. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karna aku terlalu takut menatap ibu kak tio, kak tio apalagi virnie.
            “tio?!” kata ibu kak tio
            “enggak ma, pacar aku virnie” kata suara yang muatku kecewa
            “kak jangan karena loe gak mau virnie malu, loe harus ngorbanin perasaan loe. Gue            tau loe sukanya ama rena dan renapun suka ama loe” kata riska
            “dulu gue emang sempet suka ama kak tio, tapi kalo sekarang enggak. Virnie yang             bener-bener suka ama loe kak” katakku tertunduk
Aku tidak mau mereka semua melihat air mataku yang mulai mengalir. Aku tidak juga menunjukkan wajahku sampai akhirnya riska menarik tanganku menjauh dari panti asuhan sayang anak.
            “loe itu! kenapa sih harus boong?!” kata riska
            “gue cuma pengen ngerubah loe tapi gue gak mau ngerubah virnie” kataku menatap           riska
Riska yang raut wajahnya geram berubah sedih melihat wajahku yang dibanjiri air mata. Aku yang tak bisa menahan air mataku, mulai menjauh dari riska.
***
Aku berlari sekuat tenaga mengejar mobil mewah yang baru saja melewati gerbang sekolah.
***
Ditengah malam aku menangis seorang diri. Aku menyesal telah membuat keinginan memutar waktu seperti ini. Aku ingin kembali"

Segini dulu ya RM, abis keliatannya udah puannjjaanngg banget kayak rel kereta yang gak ada abisnya. Sekarang gue lagi ngerjain proyek RFF. FanFiction menurut gue sama kayak cerpen tapi main cast-nya kalo diri sendiri sama idola. Atau mempairing idol satu dengan idol lain.

Kalian mau request cerita tentang diri kalian atau sekedar fanfiction??
Syarat dan ketentuannya klik disini ya ;;Request FanFiction;;


So.. dari sekian banyak prologue atau ide cerita gue yang belum tersalurkan, yang paling kalian suka yang mana?!. Kalo gue sukaaa semua, tapi kalo disuruh milih gue nyoblos "Soulmate". Kenapa?? karena gak nyangka gue bisa bikin rentetan kata-kata yang setiap katanya mengandung arti. Padahal Soulmate itu mau gue kirim buat LMCR 2012, ehh malah LMCR udah gak ada makanya gak jadi gue lanjutin hehe..

Good Nite RMdeul 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)

My Image