Minggu, 21 Juli 2013

FF [Teen Top] Will U Go Out With Me ?! - Additional Chapter

Annyeong annyeong ... yeoreubeun mian yaaa baru ngepost nih FF.. pada nungguin tak? enggak? yowiss atuh maen aer dipojokan. Mau curhat sedikit ah tentang nih FF, beneran deh nih FF itu FF terpanjang yang pernah ane buat. Bayangin aje FF yg chap 3 aja bulan mei atau april ya?! dan sekarang juli. Mood mati idup mati idup, udah ditulis gak sreg banget diapus lagi begitulah sampe 2 bulan.. Begitu melelahkan *fiuhh.. 

Intinya itu, gue kalo lagi mood nulis itu katanya muter muter dg kalimat puitis tapi kalo lagi gak mood langsung to the point.. Jadi bayangin aja kata-kata FF gue di below itu lagi mood atau enggak hahaha...

----------------------------------------------------------------



Title : Will U Go Out With Me?
Genre : Romance
Cast : Icha (OC)
Niel (Teen Top)
Changjo, L.Joe, Ricky, Chunji, CAP (Teen Top)
Park Yoo Ra (OC)


[Icha POV]

Aku melirik ujung jalan dari halte bus yang menjadi tempat berteduhku dari sengatan sinar mentari yang ikut membakar hatiku akan kebahagaian luar biasa yang belum pernah kualami sebelumnya.

Aku tersenyum malu dengan wajah merona dan tertunduk mengenang kejadian semalam.

-Flashback-

Will you go out with me?”
Kutatap intens matanya yang menatap mataku. Dengan gemetar kuambil tanganku dari genggamannya. Dia nampak bingung.
“Apa?” Tanyaku gugup.
Dikedipkan matanya perlahan dan kembali mengambil tanganku untuk digenggamnya
Will you go out with me?” Niel mengulang perkataannya
Aku terpaku menatapnya. Sedetik dua detik tak ada tanggapan dariku yang membuatnya gerah sendiri.
Ya~ apa kau tak mengerti yang ku ucapkan noona?” Niel melepaskan tanganku dan menggaruk kepalanya.
Aku melihatnya dan menyimpulkan bibir kemudian mengangguk.
Aigoo.. ternyata kau benar tidak mengerti. Yoo Ra noona harus bertanggung jawab!” Niel menendang udara.
Kupukul lengannya karena salah mengartikan kode yang kuberikan.
“Ini untuk pertanyaanmu yang pertama” Aku melihatnya dengan pipi merona.
“Pertanyaanku yang pertama?” Niel menatapku bingung.
Babo, masa kau melupakan pertanyaanmu sendiri” Aku terlihat kesal.
Will you go out with me?” Niel mengulang pertanyaannya kembali.
Tanpa ada jeda kuanggukkan kepalaku kembali. Sekarang terpampang jelas senyuman bergairah dari bibir seksi yang selalu kuinginkan itu.
“Jadi...” Niel terbata dengan wajah tertunduk.
“Jadi apa?” Aku mencoba melihat wajahnya.
“Mm.. besok” Dia masih menunduk tapi kali ini pipinya merona.
“Besok apa? Jangan membuatku gila hanya untuk menunggu satu kata dari bibirmu” Aku menepuk punggungnya.
“Mm.. ken.. can” Niel mengeja terbata ucapan yang keluar dari mulutnya.
Aku terdiam mendengar apa yang barusan keluar dari bibir seksinya.
“Per.. tama kita” Niel masih menunduk.
Aku tersenyum ke arahnya yang masih tertunduk. Dengan malu-malu dia mendongakkan kepalanya menuju wajahku. Aku menatapnya lembut sembari tersenyum tulus kemudian mengangguk perlahan. Melihat apa yang kulakukan, sorot matanya menunjukkan binar kelegaan yang amat sangat dan aku suka itu.

-Flash back end-

Aku terusik dari lamunanku akan pengakuan Niel kemarin malam karena seorang gadis kecil tengah menyerahkan se-bucket mawar pink di hadapanku. Setelah mengambilnya, gadis kecil itu tersenyum dan berlalu pergi. Belum sempat kualihkan wajahku dari kepergiannya, datang kembali bocah laki-laki membawa sekotak coklat yand dibungkus pita berwarna pink. Masih dengan pikiran heran, datang seorang gadis kecil lagi membawa sebuah boneka beruang berwarna coklat.

Ekor mataku tak henti mengikuti langkah kecil mereka di ujung jalan sana. Setelah mereka tak terlihat, kulihat semua yang mereka berikan padaku. Bunga, coklat, boneka. Dari siapa?

[Author POV]

“Apa kau menyukainya?” Niel berdiri di hadapan Icha.
Icha yang masih terpaku pada benda-benda tak bertuan itu mengalihkan pandangannya pada sosok di hadapannya yang mengenakan kemeja putih yang tampak kebesaran dengan dasi hitam yang melingkar di kerahnya.
“Apa ini semua darimu?” Icha menyelidiki.
Niel menggeleng “Aku bahkan tak punya pikiran untuk memberikanmu hadiah noona, tapi Yoo Ra noona, CAP hyung, Chunji hyung, L.Joe hyung, Ricky-ah dan Changjo-ya memaksaku untuk memberikannya padamu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa jadi aku menurut saja” Niel menunjukkan tampang innocent.
“Kau sungguh tidak romantis” Icha melihat Niel pura-pura kecewa.
“Tapi untuk anak-anak kecil itu ideku” Kata Niel saat melihat ekpresi Icha yang kecewa.
“Tak peduli ide siapapun tapi... terimakasih” Icha memeluk erat dan mencium kepala boneka beruang yang berada di dekapannya.

Niel yang melihat kelakuan Icha kontan bersemu merah dengan tangan yang berada di belakang sambil mengangkat ibu jarinya. Tanpa diketahui Icha, seluruh member Teen Top dan Yoo Ra tengah bersembunyi memperhatikan mereka dengan terkekeh.
“Niel-ah sudah besar” CAP seakan merasa jadi ibunya Niel.
“Aku tahu Icha akan menyukainya” Yoo Ra berdiri di belakang CAP.
“Niel hyung sangat tampan” Changjo berdiri di belakang Yoo Ra.
“Aku ingin mengikuti mereka berkencan” Ricky berdiri di belakang Changjo.
Plakk.. Chunji yang berdiri di belakang Ricky memukul kepalanya.
“Kau ingin jadi stalker orang kencan?! Pikiranmu tidak waras” Chunji melihat Ricky yang tengah mengusap-usap kepalanya.
Sedang L.Joe yang berdiri di belakang Chunji hanya tersenyum melihat Niel yang nampak sangat bahagia.

***

Beberapa saat kemudian bus yang menjadi pengantar ke peraduan cinta mereka datang dengan anggunnya. Masih dengan melihat kelakuan Icha yang memeluk erat boneka pemberiannya, tanpa sadar Niel menjepitkan rambut Icha yang tergerai ke belakang daun telinganya. Mendapat perlakuan Niel kontan Icha menengadahkan kepalanya melihat wajah Niel yang tengah tersenyum lembut ke arahnya.
Yeoppo” Ujar Niel pelan tapi cukup membuat pipi Icha serasa terbakar walau tak diterpa sinar mentari.

[Icha POV]

Debaran ini tak bisa menjadi sekutu lagi, karena tak bisa kukendalikan frekuensi detakkannya. Dia terlihat tampan walau hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi hitam yang melingkar manja di leher jenjangnya yang seksi. Setiap kata yang diutarakannya bagai serbuk magic yang membuatku seakan tidak berada dalam dunia nyata. Dia membawaku ke dalam dunia cinta yang bahkan aku tak pernah sadar telah masuk terlalu dalam.

Kau membuatku menjadi wanita tercantik karena perbuatan kecilmu yang bahkan pipiku tak dapat mengantisipasi warna apa yang akan disembulkannya. Aku menyukai semua perbuatan yang kau lakukan tapi yang pasti aku menyukai semua yang ada di dirimu Niel.

[Niel POV]

Dengan dia aku merasa aku bukan diriku. Melakukan apa yang tak pernah kulakukan. Seluruh tubuhku bergerak tak sesuai dengan perintah otak dan pikiran yang masuk logika nyata. Tapi faktanya dalam cinta tak butuh logika, tak butuh penataran yang berhubungan dengan keadaan sebenarnya. Yang aku tahu, aku menyukainya, benar-benar menyukainya sejak pertama bertemu. Perasaan ini tak pernah berhenti untuk tidak menambah kapasitas tekanan cintaku untuknya.

Apa kau merasakan apa yang kurasakan saat ini noona? Kau yang membuatku seperti ini, membuatku mabuk akan cinta yang bahkan aku tak tahu sudah berapa banyak yang kuberikan padamu. Tapi yang aku tahu, aku akan selalu mencintaimu Icha Noona.

[Author POV]

Ya~ apa yang kau lamunkan? Busnya sudah akan pergi” Icha menggoyang-goyangkan tangannya di hadapan Niel.
“Oh mian noona, aku hanya sedang berpikir kalau kita tampak serasi dengan kemeja dan dress putih yang bahkan tidak kita rencanakan” Niel menggaruk lehernya yang tak gatal
“Kau berusaha membodohiku? Aku... objek lamunanmu?” Icha tersenyum ke arah Niel.
Niel membelalakkan matanya dan mengangguk malu dengan senyum terkulum.
CHU~... Icha mencium pipi Niel masih dengan tangan menggenggam teddy bear. Sedang Niel yang mendapat ciuman tiba-tiba itu, hanya berdiri kaku dengan mata tercengang dan bibir yang terbuka tapi kemudian matanya beralih ke arah Icha yang tersenyum malu dengan pipi merona.

Kajja” Ujar Niel mengulurkan tangannya ke arah Icha.
Icha mengangguk dan meraih tangan Niel. Perlahan Niel memimpin berjalan di depan Icha dengan tangan yang saling terpaut. Sedang Icha menggenggam erat tangan Niel dengan wajah menatap punggung Niel yang nampak berkilauan.

Bus yang menjadi saksi cinta mereka seakan ikut merekah menyambut kedatangan dua sejoli yang memberikan aura kehangatan ke setiap mata memandang. Sepasang muda mudi yang tengah terbakar dengan cinta yang bahkan tak mereka nyalakan tapi berkobar dan berkobar semakin besar.

***

Setelah memilih seat paling belakang, Icha yang berada tepat di samping jendela perlahan menyandarkan kepalanya di bahu Niel. Niel yang merasa canggung hanya bisa berdiri tegap.
“Rilekskan tubuhmu, ini menjadi sangat tidak nyaman” Icha merangkul tangan Niel.
Niel hanya mengangguk dan mencoba merileks-kan tubuhnya.
“Apa ini kencan pertamamu?” Icha masih bersandar di bahu Niel.
Ne” Niel menelan air liurnya menahan nervous.
“Bohong, namja sepertimu tidak mungkin ini kencan pertama” Icha bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah Niel yang nampak memerah.
“Tapi ini memang kencan pertamaku” Niel berujar di depan wajah Icha yang begitu dekat.
Icha yang mendengar ucapan Niel, melirik ke arah bibir Niel yang begitu dekat dan tersenyum. Perlahan Icha meletakkan tangannya di dagu Niel dan membuatnya sangat dekat dengan bibirnya. Dengan pasti Icha mengelus bibir bawah Niel yang terlihat menggiurkan.
“Apa ini akan jadi ciuman di dalam bus?” Icha berbicara tepat di hadapan bibir Niel.
Niel yang sedari tadi hanya diam kontan membelalakkan matanya dan refleks mengulum bibirnya untuk menyembunyikan dari terkaman Icha.
“Manis sekali” Icha yang melihat kelakuan Niel menjauhkan wajahnya kemudian melihat pemandangan luar dari jendela yang berada di sampingnya dengan tersenyum. Sedang Niel tak berhenti berkedip mengingat kejadian beberapa detik yang lalu itu.

***

Amusement Park..
Mereka berdua bergandengan tangan memasuki pintu masuk taman bermain ini. Dengan menatap satu sama lain, gerakan ayunan langkah mereka seirama, sama seiramanya dengan melodi yang dikeluarkan oleh hati mereka yang nampak lebih dari berbunga-bunga.
“Kau ingin menaiki wahana apa noona?” Niel menawarkan.
“Bisakah kita kesana?” Icha menunjuk ke arah kanan.
“Rumah han.. tu?” Niel melihat Icha ngeri.
Icha mengangguk pasti “Ayo”

Di depan pintu masuk, Icha menitipkan barang bawaannya yang di berikan Niel. Dengan tersenyum dia berjalan ke arah Niel yang tengah berdiri di mulut pintu wahana ini.
“Apa kau yakin noona?” Niel melihat Icha.
“Iya, apa kau takut? Namja macam apa kau ini?!” Icha menepuk dada Niel.
Kajja” Niel menarik tangan Icha memasuki pintu masuk.
“Ini sangat gelap” Niel melihat sekeliling.
“Kau pikir ini acara perayaan?! Ini rumah hantu ya pasti harus gelap” sahut Icha.
Dengan cepat Niel menarik tangan Icha dan membuat tangannya merangkul bahu Icha.
“Aku akan melindungimu noona” Niel menatap Icha mantap.
“Aku tidak takut dengan hantu” Icha mencibir.
“Sepertinya kau yang ketakutan” Lanjut Icha melirik wajah Niel yang tak terlalu terlihat karena kegelapan yang ditawarkan wahana ini.

Angin di dalam ruangan ini yang berhembus membuat leher mereka kaku karena kedingingan. Dengan mempererat rangkulannya, Niel mengajak Icha berjalan memulai petualangan menyeramkan ini. Setelah lima meter berjalan mereka melihat gorden yang seperti rotan menjalar menghadang jalan. Dengan menelan air liur, mereka berdua berjalan perlahan dan saat Niel membuka gordennya...
“AHHHHH” Teriak Icha memeluk Niel erat saat merasakan kakinya dipegang sesuatu
Dengan cepat Niel memimpin Icha untuk menjauh dari gorden itu.
“Aku tidak takut hantu” Niel mengulang kata-kata Icha.
Icha melepaskan pelukannya dan melihat kesal ke arah Niel tapi kemudian melihat sekeliling dan merangkul lengan Niel erat. Icha merasa merinding, bukan karena adanya makhluk itu tapi karena tangan itu mengelus pipinya lembut dan menuju bibirnya yang masih mengerucut karena kesal. Dengan lembut tangan itu berputar-putar di atas bibir Icha. Degup jantung Icha tak dapat dikendalikan dan reflek menengadahkan kepalanya ke arah wajah itu yang tengah mendekatkan wajahnya masih dengan tangan yang mengelus lembut bibirnya.

Dilepaskan tangan Icha dari lengannya dan memegang kedua pipi Icha yang terasa sangat panas. Perlahan Niel mendekatkan wajahnya yang membuat Icha menutup matanya. Nafas Niel yang menyebar di seluruh wajahnya, membuatnya tak bisa bernafas hanya untuk beberapa detik saja. Deru nafas Niel yang terdengar, benar-benar mengganggu karena membuat jantungnya memompa darah lebih cepat.
“Manis sekali” Ucap Niel menjauh dari wajah Icha dan merangkul bahu Icha kembali.

[Icha POV]

Aku yang terpejam, kontan membuka mata yang telah terpejam barusan. Apa yang dia lakukan?! Aku yang kesal menginjak kakinya, sehingga membuatnya melepas rangkulan dan jongkok untuk mengelus kakinya. Aku berjalan meninggalkan Niel yang masih terdengar meringis.

Aku berjalan mendahuluinya dengan wajah memerah memikirkan apa yang dia lakukan. Sial, dia membalasku.

***

[Author POV]

“Ini” Niel menyerahkan segagang cotton candy berukuran jumbo ke arah Icha yang terlihat menggenggam bucket mawar pink setelah keluar dari rumah hantu.
Teddy bear-nya mana?” tanya Niel.
Bukan menjawab, Icha malah mengambil cotton candy dan berbalik sehingga memperlihatkan  tas selempangnya. Niel terkejut melihat teddy bear yang dia berikan menggantung indah di tas Icha dengan lehernya yang diikatkan dengan pita pink yang menjadi pengikat coklat yang dia berikan tadi.
“Kau membunuhnya?” Niel melihat Icha yang tengah melelehkan cotton candy.
“Aku yang akan membunuhmu” Icha nampak asyik melelehkan cotton candy saat matanya terusik akan gelembung-gelembung yang berterbangan di sekitarnya.
“Kenapa aku mempunyai yeojachingu begitu menyeramkan?!” Niel tertunduk dengan tangan menggenggam cotton candy miliknya.
“Niel-ah” Panggil Icha.
Niel mengangkat wajahnya dan melihat lurus ke arah mata Icha.
“Ayo mainkan ini” Icha mengangkat botol gelembung sabun.
“Kapan kau membelinya noona?” Niel berjalan mendekati Icha.
“Kau melamunkan aku terus jadi tak menyadari apa yang kulakukan” Icha menyenggol bahu Niel dengan bahunya.

[Niel POV]

Dengan senyum merekah karena berhasil membuat ribuan gelembung sabun itu yang berterbangan di sekitarnya, dia nampak bersinar membuat mataku tak ingin lepas dari senyumannya. Dia cantik, sangat cantik. Tapi bukan itu yang membuatku menyukainya. Bahagia, dia memberikan itu padaku setiap saat, setiap waktu dan itu lebih dari cukup.

[Author POV]

“Sudah kukatakan tak usah melamunkanku seperti itu” Ujar Icha yang tengah mengerucutkan bibirnya bermaksud meniupkan angin ke arah gagang gelembung sabun.
“Aku tak melamunkanmu, jangan terlalu percaya diri” Niel melelehkan cotton candy di dalam mulut dengan mata melirik ke arah Icha.
“Padahal saat aku meniupkan gelembung-gelembung ini, aku memikirkanmu. Jadi ribuan gelembung ini adalah pikiranku akan dirimu jagi-ya” Icha tersenyum genit ke arah Niel.
Jjinjja?” Niel tak terpengaruh dengan omongan Icha.
Icha memicingkan matanya dan berjalan ke arah Niel. Mengambil cotton candy yang tengah dipegang Niel dan menyerahkan botol gelembung sabun tepat di wajah Niel.
“Tiupkan untukku” Icha tersenyum ke arah Niel.
“Bukankah ini akan menjadi kencan yang paling romantis” Icha melebarkan senyumannya.
“Berikan padaku” Niel mengambil botol sabun dan mulai meniupkannya sehingga membuat ribuan gelembung sabun beterbangan di sekitar mereka.

“Hoahhh” Icha berdecak kagum dengan pemandangan yang berada di penglihatannya.
Pantulan warna-warni dari gelembung yang tercipta dari sinar mentari membuat keceriaan tersendiri di hatinya.
“Ini sangat menakjubkan” Icha berdecak dengan memunggungi Niel yang masih meniupkan gelembung sabun.
Saat Icha ingin berbalik melihat Niel, teddy bearnya tersangkut pada belt yang dikenakan Niel dan membuatnya kehilangan keseimbangan karena memaksa untuk melepaskannya. Kedua mata pasangan ini terbelalak satu sama lain karena secara tidak sengaja, bibir mereka berada pada posisi yang mereka tak menebaknya sama sekali. Ciuman tak sengaja di tengah padang gelembung warna warni yang nampak menarik di sekeliling mereka dengan indahnya.

***

Setelah ciuman tak sengaja itu, mereka berdua nampak canggung satu sama lain. Menjadi kaku melakukan apa yang ingin mereka inginkan, bahkan untuk tersenyumpun nampak begitu kecut.
“Hmm..” Gumam Icha duduk di tepi kolam.
Niel tak bersuara sambil mempermainkan jemarinya di samping Icha.
Ya~ kenapa kita jadi seperti ini? ini semua karenamu” Icha mengambil teddy bear yang lehernya masih terikat pita pink.
“Iya.. semua ini karenamu” Niel memukul kepala teddy bearnya.
“Ini, kuberikan lagi padamu” Icha menyerahkan teddy bear itu.
Mwo? Aku memberikannya padamu” Niel tampak bingung.
“Kau bahkan tak mempunyai pikiran untuk memberikannya untukku” Icha melihat Niel sinis.
“Ya tapi.. kau harus tahu bagaimana caranya menghargai pemberian orang” Niel mendorong kembali teddy bear itu.
“Aku akan menghargai jika itu memang inisiatifmu” Icha mendorong teddy bear ke arah Niel.
“Kau harus menyimpannya” Niel mendorong teddy bear ke arah Icha.
“Kalau kau tak ingin mengambilnya aku bisa berikan ke anak kecil itu” Icha menarik teddy bearnya.
“Apa yang kau lakukan noona?! Jangan berikan itu” Niel menarik kembali teddy bear itu.
“Bukankah kau tak ingin menyimpannya? Singkirkan tanganmu!” Icha menarik teddy bear ke pelukannya.
“Takkan kuberikan!” Niel mencoba sekuat tenaga menarik teddy bear itu dari pelukan Icha.

Mereka berdua tetap bergelut tanpa menyadari semua mata sekarang tertuju pada mereka dengan ekspresi iri dan seringai yang lebar. Bagaimana tidak? Tanpa mereka sadari, cara bergelut mereka yang terlalu romantis dengan Icha yang memeluk teddy bear duduk di pangkuan Niel yang mencoba mengambil teddy bear itu. Icha yang tak mau menyerah tetap memeluk teddy bear dan Niel yang tak mau teddy bearnya diberikan ke orang lain tetap mencoba mengambilnya dari Icha. Tanpa sengaja Icha menyikut lengan Niel yang membuatnya hilang keseimbangan dan....

BYUUURRRRRRR........

Mereka menatap satu sama lain di tengah kolam dengan terduduk dan pakaian yang basah.
“Hahahahaha!” Tawa mereka berdua di tengah kolam.
Perlahan Niel mendekat ke arah Icha yang masih tertawa. Menyentuh pipi Icha dan mengangkatnya. Icha kontan menghentikan tawanya dan melihat mata Niel yang berada di atasnya beberapa senti. Dengan lembut Niel menurunkan wajahnya menuju wajah Icha. Icha yang mendapat posisi yang tidak biasa dari Niel kontan terpejam. Niel mengecup dahi Icha dengan penuh cinta yang dia punya untuk gadis itu. Bibirnya yang seksi tak meninggalkan bekas di dahi Icha tapi tentu meninggalkan bekas di hati Icha yang terdalam.
“Kau sungguh namja yang tak romantis sama sekali” Icha tersenyum melihat Niel yang baru saja melepaskan ciumannya dari dahi Icha.
“Maksudmu noona?” Niel melihat Icha masih dengan tangannya yang memegang pipi Icha.
“Bagaimana mungkin kau melakukan forehead kissue di tengah kolam dengan pakaian basah dan semua mata melihatmu. Kau tahu ini sungguh memalukan” Icha memukul lengan Niel.
“Tak peduli, aku hanya sangat mencintaimu” Niel memeluk Icha di tengah kolam.
“Kau ingin jawaban apa?” Icha memeluk Niel.
“Aku tak perlu jawabanmu noona. Cukup aku yang mencintaimu” Niel mengeratkan pelukannya.
“Ish kau ini.. saranghaeyo” Icha balas memeluk Niel erat.
***
Noona ayo kita makan, perutku sudah lapar sekali” Ujar Niel yang sudah berganti pakaian dan sekarang berdiri di depan toliet bertuliskan ‘ladies’.
“Ayo” Ujar Icha keluar dari toilet dengan pakaian yang berbeda.
“Hoaahhh... ayoo kita mainkan itu!” Icha berdecak melihat danau dengan perahu bebek yang berwarna-warni memanjakan mata yang melihatnya.
“Bukankah kita ingin makan?” Niel berpendapat
“Tapi aku ingin memainkannya. Makannya ditunda saja. Ayo!” Icha menarik tangan Niel menuju loket yang menjual tiket perahu bebek itu.

“Dua tiket” Icha menyerahkan uang kepada petugas.
Kajja!” Icha menarik tangan Niel menuju perahu bebek berwarna pink.
“Tapi aku lapar noona” Niel merengek dengan langkah gontai.

Di dalam perahu tak hentinya Icha menggerutu karena Niel yang tak ikut mengayuh perahu bebek ini sehingga perahu ini tak bergerak sama sekali.
Ya~ Niel-ah ayuh kakimu, ayuh!” Icha menepuk dengkul Niel yang terasa lemas.
“Aku lapar sehingga tidak bisa mengayuh” Niel pasrah.
“Bila kau berhasil membawaku ke tengah aku akan membiarkanmu makan” Icha tersenyum.
“Makan apapun yang ingin kau makan” Icha menggigit bibir bawahnya.
Niel mengangkat sebelah alisnya “Apa yang kau lakukan?”
“Ani” Icha tersenyum.

Akhirnya Niel ikut membantu Icha mengayuh dan kini mereka berada di tengah danau yang mulai disinari lembayung orange bertanda senja sudah mulai nampak.
“Hoaaahhh.. sunset” Icha melihat ke arah awan yang tampak menjingga mengantar tidurnya sang penguasa siang itu.
Noona” Niel melihat Icha yang tak bisa diganggu.
Eoh” Icha menjawab sekenanya.
“Ayo kita buat selca” Niel tersenyum mengandung arti.
Selca?” Kali ini Icha melihat Niel.
Ne, dari pagi tak ada satupun kita foto bersama. Aku kan juga ingin seperti Changjo, menjadikan fotonya dengan Yoo Ra noona wallpaper di layar handphonenya” Niel berkata manja.
Arra, ayo” Icha tersenyum.
Niel balas tersenyum dan mengambil handphonenya yang berada di tas Icha.
“Semoga dia tidak rusak karena masuk ke air tadi” Ujar Niel pada diri sendiri.
“Ayoo noona” Niel memegang tangan Icha untuk mendekat.
Hana deul set.. ckrek..
Daebak” Seru Niel.
Icha duduk mematung dengan kedipan mata yang tak biasa. Perlahan dipegang pipinya dan melihat hasil potret selca mereka berdua. Terlihat Icha yang tengah tersenyum dan Niel yang tengah mencium pipi Icha.
Neo babo” Icha memukul bahu Niel yang mencuri diam-diam ciuman ke pipinya.
Niel hanya tersenyum melihat kelakukan gadis yang paling dicintainya itu.
“Lagi” Seru Icha ketagihan.
Niel mengangguk “Hana, deul, set...
“Niel-ah” Panggil Icha
Ckrekk..
“Oahhh sunsetnya sangat indah. Pemandangan yang sangat romantis” Icha melihat sunsetdi depan matanya
Sementara Niel masih mengedipkan matanya yang kini berhadapan dengan rambut Icha yang tergerai. Setelah nyawanya bersatu kembali, dilihatnya hasil selcanya barusan dengan Icha. Pipinya bersemu karena hasil selca yang menunjukkan ciuman ringan antara mereka berdua. Dengan berlatar jingganya awan, selca itu menjadi selca terindah yang pernah dia ambil.
Noona” Niel memasukkan kembali handphone ke dalam tas Icha.
Ne, kau lapar? Ayo kita kembali” Icha melihat Niel
Niel menggeleng “Aku hanya ingin bertanya”
Icha mengerutkan keningnya “Tanya saja”
“Hmm.. sejak kapan kau menyukaiku?” Niel to the point.
Pertanyaan to the point Niel membuat pipi Icha memerah dan terasa terbakar.
“Sejak pertama kali kau menyelamatkanku di perpustakaan kampus. Wajahmu terus terngiang tapi aku kira kau menyukai Yoo Ra dan itu membuatku sangat sedih. Yoo Ra yang selalu bersamamu, Yoo Ra yang selalu mengisi pikiranmu dan Yoo Ra yang selalu terbayang di penglihatanmu. Kau selalu bersamanya bahkan saat wawancara di stasiun televisi, kau menyebutkan ciri-ciri Yoo Ra. Hatiku hancur saat mendengarnya, rasanya seperti.....

CHU~~

Niel melihat Icha yang masih terpejam “Aku takkan membiarkan bibirmu mengatakan itu lagi dan aku takkan membiarkanmu terjebak dalam keadaan itu lagi noona
Icha perlahan membuka matanya dan tersenyum kecil.
“Satu permintaan” Icha masih melihat Niel .
“Apa?” Niel melihat Icha dalam.
‘Sekali lagi, bisakah kau sekali lagi menciumku” Icha mengerucutkan bibirnya.
Niel mengangguk dan tersenyum. Dengan kelembutan luar biasa tangan Niel yang masih memegang pipi Icha menariknya hingga kini wajah mereka nampak sangat dekat. Niel menempelkan ujung hidungnya di ujung hidung Icha sehingga mereka bisa bertukar oksigen yang terasa sangat sedikit karena sesaknya dada mereka. Perlahan Niel memiringkan wajahnya dan melewati ujung hidung Icha. Bibirnya yang seksi kini nampak menempel erat di atas bibir merah muda Icha. Dilumat dengan cinta bibir Icha. Sensasi ciuman di tengah danau dengan sunset yang mengiringi membuat kenangan ini takkan dilupakan mereka berdua seumur hidup.

***

“Aahh!” Teriak Icha di belakang Niel sambil berjongkok.
“Kenapa noona?” Niel ikut jongkok di hadapan Icha.
Heel sepatuku copot” Icha menunjukkannya ke arah Niel.
Niel yang melihat heel Icha sambil jongkok tiba-tiba membelakangi Icha. Icha yang melihat kelakuan Niel hanya melihatnya bingung.
“Apa yang kau lakukan?” Icha memukul punggung Niel.
Niel menoleh “Ayo kugendong”
“Gendong? Apa kau kuat? Kau saja belum makan dan merengek untuk segera makan” Icha mencibir.
“Ya sudah kalau tidak mau kau bisa berjalan dengan kaki telanjang seperti itu” Niel bangkit dan berdiri melihat Icha.
Ya~ kenapa kau itu sangat cepat marah?!” Icha masih jongkok dengan Niel yang telah berjalan menjauh.
“Niel-ah” panggil Icha.
“Aahhhh!” Teriak Icha yang membuat Niel menoleh.
Noona gwenchana?” Tanya Niel yang mendekat kembali ke arah Icha.
“Ayo gendong aku” Rengek Icha.
Niel hanya tersenyum mendapat kelakuan gadisnya itu. Wanita mandiri tapi seketika bisa menjadi gadis manis yang begitu manja. Kelakuannya itu mungkin yang membuatnya begitu tergila-gila padanya.
“Ayo” Niel membelakangi Icha dengan posisi jongkok.
Perlahan Icha mendekatkan tubuhnya ke punggung Niel. Saat Niel berdiri dengan tangan yang menjaga Icha agar tidak jatuh. Icha menenggelamkan kepalanya pada leher belakang Niel, menghirup seluruh aroma yang takkan pernah bosan untuk tetap dihirup.
“Satu pertanyaan” Ujar Icha tepat di telinga sebelah kanan Niel dengan tangan yang bergelayut di depan dada Niel dengan memegang sepatunya.
“Apa?” Tanya Niel menolehkan sedikit wajahnya.
“Apa yang membuatmu menyukaiku? Kau kan seorang idol, kenapa bisa jatuh cinta dengan wanita biasa seperti aku?” Icha mengecup telinga Niel yang membuatnya bergidik.
“Mencintai seseorang tak perlu alasan” Niel menurunkan Icha .
Icha yang berhadapan dengan Niel melihatnya bingung. Bukan bingung karena Niel menurunkannya dari gendongan melainkan ucapan Niel barusan.
“Satu-satunya alasanku untuk mencintaimu, adalah kamu dan hanya kamu noona” Niel mendekatkan wajahnya ke arah Icha dan menciumnya secara tiba-tiba.
Ciuman sekilas yang membuat mereka terbang dan mungkin takkan kembali dari dunia yang mereka ciptakan sendiri. Dunia kasih sayang yang baru saja mereka bangun.

“Ayo Tuan Putri, perutku sudah sangat lapar” Niel jongkok kembali.
Bukannya mengikuti perintah Niel untuk digendong kembali. Icha malah dengan bertelanjang kaki berjalan ke arah depan Niel dan ikut jongkok. Sehingga mereka memandang lurus satu sama lain.
“Dan kau tau, apa yang membuatku mencintaimu?” Icha tersenyum lembut.
“Hanya kamu dan bila itu orang lain tak mungkin aku bisa mencintai orang itu seperti ini” Lanjut Icha dengan semburat pipi yang kemerahan.
“Gila akan cintamu, mabuk akan kasihmu dan terlena akan apapun yang kau lakukan” Icha masih menatap Niel.
“Pengakuanmu membuat perutku bertambah lapar noona, cepatlah naik” Ujar Niel memecah keromantisan yang Icha buat barusan.
“Kau benar-benar sangat tidak romantis” Icha berjalan ke arah belakang dan mendekatkan tubuhnya kembali ke punggung Niel dengan tampang sedikit kesal.

Mereka berjalan kembali dengan sesekali Icha menggoda Niel dengan meniupkan udara ke arah telinga Niel. Dan Niel membalas dengan mengecup tangan Icha yang bergelayut di dadanya. Mereka menikmati satu sama lain waktu yang mereka habiskan hari ini. Kencan dengan orang yang dicintai.

“Niel” Ujar Icha setelah lengannya dikecup Niel.
Niel tak menjawab hanya menoleh ke arah Icha.
“Bagaimana bila Angel tahu hubungan ini?” Icha berbisik tepat di telinga Niel.
“Astaga! Aku melupakannya. Bahkan hari ini kita berkencanpun tak ada yang mengetahui aku Niel Teen Top” Niel tampak kusut.
“Apa harus berakhir?” Ujar Icha cepat.
“Aku takkan melepaskanmu” Niel berkata cepat.
“Bukan hubungan kita tapi kencan kita hari ini, sebelum Angel menemukan kita. Bukankah hubungan Changjo dan Yoo Ra pun dirahasiakan dari Angel?” Ujar Icha.
“Tapi aku sangat lapar noona” Ujar Niel memelas.
“Aku akan memasak untukmu, ayo kita pulang sekarang” Perintah Icha.
“Kenapa aku mempunyai yeojachingu yang suka memaksakan kehendak?” Gumam Niel pelan.
“Apa katamu?” tanya Icha.
Ani” Sahut Niel.

***
Di apartement Teen Top hanya ada mereka berdua setelah berkencan dan menghabiskan makanan yang Icha buat untuk Niel. Niel nampak terlelap di atas meja makan dengan rambut yang menutupi wajahnya sedang Icha tengah membereskan piring kotor yang tadi mereka gunakan untuk makan tanpa menyadari dengkuran kecil Niel.

Setelah beres dengan pekerjaan rumahnya, Icha menuju lemari es dan membukanya.
“Kau mau jeruk Niel?” Tanya Icha.
Saat tak ada jawaban, Icha mencari sosok Niel dan mendekat ke arahnya. Dengan tersenyum lembut, disingkirkannya rambut Niel yang menutupi wajahnya. Mendekatkan wajahnya tepat di wajah Niel yang selembut dan setenang bayi tidur dengan nafas yang beraturan. Tangannyapun tak hentinya mengelus pipi Niel.
“Kau tahu, betapa bersyukurnya aku bisa berada disini sekarang. Menjadi seseorang yang mengisi hatimu, memenuhi setiap rongga kosong di hatimu. Kau berharga dan teramat berharga yang kupunya. Mungkin tak butuh alasan mencintaimu, karena memang kamulah alasan aku bisa mencintai” Ujar Icha seraya mengecup pipi Niel dan menghabiskan malam dengan memandang wajah Niel yang takkan bosan dilihatnya sampai kapanpun. Wajah pertama yang dia lihat di perpustakaan saat hatinya kosong dan wajah terakhir yang ia lihat saat hatinya kini terisi. Oleh dia, oleh Niel.

--End—
ChaNiel Couple


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gimana? gimana? atuhhh kalo bagus jgn lupa di komen yaaaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)

My Image