Lomba MenCari pacaR mii. Ih pikiran kalian pacaran mulu, sama kayak saya yang belum laku-laku --lho lho kok jadi curcol--. Salah RM, LMCR itu "Lomba Menulis Cerpen Remaja" yang diadakan Rayakultura dan didukung sepenuhnya sama PT. Rohto Laboratories Indonesia. Lomba nulis ini diadain setiap tahun lhoo RM, sekarang aja udah gelombang ke-enam.
Logo Rohto
Hadiah.. Hadiahnya.. mii?!
Buanyaaakkkk benerrrrr RM. Sampai 95 juta. Gokil kan?! mana ada lomba cerpen yang hadiahnya bejibun begitu, tapi jangan salah tafsir ya RM. Tuh uang 95 juta bukan buat loe semuanya. Jadi dalam LMCR itu ada beberapa kategori dan uang puluhan juta itu bakal di bagikan sesuai porsi, tingkatan bahasa dan umur. Selain uang juga nanti hadiahnya ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD. Asyik kan di ruang tamu, terpajang gagah tuh tropi. Bangga bangetttt, secara level nasional.
Caranya gampang RM, kalian cuma harus memenuhi persyaratan dibawah ini :
Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri
Lomba dibuka 21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos)
Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan, harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan maupun perjuangan hidup)
Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul. Judul boleh menggunakan bahasa asing
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)
Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan
Ketentuan Naskahnya :
Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman, margin kiri-kanan rata maksimal 3Cm
Panjang naskah 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman, diprint 3 (tiga) rangkap (copy) disertai file dalam CD
Naskah disertai sinopsis, biodata singkat pengarang dan foto dalam pose bebas ukuran postcard. Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa dan Kartu Keluarga (pilih salah satu)
Setiap judul naskah yang dilombakan wajib dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis atau saja atau segel SELSUN jenis apa saja
Naskah yang dilombakan beserta lampirannya dimasukkan ke dalam amplop tertutup, cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2011 sesuai dengan kategorinya pada bagian kanan atas amplop
Naskah dan persyaratan (Butir e) dikirim ke alamat:
Panitia LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City Bogor 16810 – Jawa Barat
Buat hadiah yang begitu gede mah, persyaratan segitu berat lumayan berat. Tapi inget hadiahnya RM, bayangkan uang itu menjadi milik kalian. Mau diapain coba?! kalo gue sih langsung beli D-SLR --gak ada yg namanya mii--. Sebenernya waktu gelombang 5 gue udah ikutan RM, tapi gak menang. Masuk 100 besar aja kagak . Awalnya, gue sempet kecewa berat banget. kayaknya karya gue udah bagus deh, bahasanya juga udah semi mateng juga. Itu awalnya, tapi pas kemaren ikut workshop di museum mandiri (Depan stasiun Beos) tentang triknya memenangkan LMCR. Malu kayaknya gue ngirim tuh naskah hohoho.
Cerpen yg gak menang
Aku berjalan malas menuju ruang guru, ruang yang sudah sangat memuakkanku. Karena memang hampir setiap hari aku ke ruang itu. ruang yang membuatku sangat terpojok, ruang yang sangat membuatku tersudut, ruang yang bagai meja hijau karena aku selalu menjadi terdakwa disana.
“kamu bisa lihat ini angka berapa rissa?” suara serak meyelimuti gendang telingaku
“enam” aku melihat kertas yang disodorkan kepadaku
“dan menurutmu ini angka yang wajar untuk pelajaran bahasa Indonesia?!”
Aku terdiam
“bapak tuh bingung sama kamu. Nilai matematika sama bahasa inggrismu delapan sembilan, delapan sembilan. Sedang bahasa indonesiamu enggak pernah lebih dari enam. Padahal kamu tinggal di Indonesia menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa nasional, bahasa Indonesia. Kecuali jika kamu disuruh terjemahin bahasa kanji ke bahasa Indonesia, kamu dapat lima juga wajar karena kamu memang bukan orang china.”
Bapak itu bersandar lemas dikursinya, kemudian memandang hasil ujian bahasa indonesiaku yang kalian sendiri tahu berapa nilainya. Matanya nanar melihat nilaiku karena memang sejak aku SD sampai sekarang SMA kelas 3 , bahasa indonesiaku tak pernah lebih dari enam. Itu yang selalu diceritakan mama kepada pak yudhi, wali kelas sekaligus guru bahasa indonesiaku saat pengambilan raport. Ini menjadi tugas tersendiri baginya untuk merubah nilai abadiku dipelajaran bahasa Indonesia. From six to be ??
***
“selamat pagi anak-anak”
Semua mata mengalihkan pandangan kearah suara itu, tak terkecuali aku. Didepan mimbar berdiri seorang anak muda yang aku perkirakan umurnya 21 tahun sedang memperhatikan kami sambil tersenyum. Sedang apa dia disini?! Sekarang adalah jam pelajaran wali kelasku, pak yudhi. Lantas kenapa dia berdiri disana?!
“perkenalkan nama saya juan aditya. Kalian bisa panggil saya pak juan atau kak juga bisa. Saya magang beberapa bulan disini, jadi untuk sementara saya menggantikan posisi pak yudhi sebagai guru bahasa Indonesia kalian”
Kontan semua murid-murid perempuan menyambut gembira kedatangan guru magang ini, ditengah gersangnya hati karena tidak ada yang bisa menyegarkan pandangan, datang pak juan sebagai embun, ah menyegarkan. Selain mempunyai dua lesung pipi yang bergelayut manja dikedua belah pipinya, dia juga mempunyai senyum yang sangat menawan dengan rentetan behel putih yang menyembul saat tersenyum. Wajahnya kecil menambah rentetan unsur imut untuk mendeskripsikannya. Tubuhnya yang identik kurus dengan tinggi yang aku perkirakan 178cm itu menjulang tinggi didepan kelas.
Aku melihat sekeliling, semua mata teman-teman perempuanku tak mengalihkan pandangannya dari wajah pak juan. Cahaya mata mereka bagai cahaya serigala saat ingin memerkam mangsanya, tajam dan silau. Andai dia tidak mengajar pelajaran yang amat tidak kusukai, pasti pandanganku akan sama seperti mereka.
***
Aku kembali dipanggil keruang guru, tapi bedanya yang memanggilku bukan pak yudhi melainkan pak juan, si guru magang. Kenapa dia memanggilku?! Dia pasti sudah tahu nilai abadiku. Ternyata mereka memang sama, sama-sama prihatin dengan nilai bahasa indonesiaku. Pasrahlah aku.
“duduk”
Aku menurut
“aku enggak akan nasehatin atau ceramahin kamu. Aku juga tahu rasanya dituntut nilai bagus dari pelajaran yang enggak disuka. Aku manggil kamu kesini karena pengen nawarin kamu sesuatu”
“apa?”
Entah mengapa aku seperti sudah lama mengenal pak juan.
“gimana kalau aku privatiin kamu bahasa Indonesia? Enggak harus dikelas atau dirumah kamu, kita belajarnya ditaman kayaknya asyik tuh” behel putihnya terlihat
Aku mengerutkan kening mendengar penawaran darinya.
“aku janji belajar nanti enggak akan ngebosenin kayak dikelas”
Aku mengangguk, kemudian pergi dari hadapan pak juan. Entah mengapa aku menurut saja mendengar semua kata yang diucapkannya?!. Setiap kata yang keluar dari bibirnya bagai mantra sihir yang tidak bisa ditolak, membuatku mengganguk begitu saja tanpa ada perlawanan. Semoga menyetujui usulan pak juan adalah suatu tindakan yang tepat.
***
“aduh pak aku enggak ngerti” teriakku sambil mengaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal
Aku melirik kearah pak juan, astaga dia tersenyum. Kenapa melihatnya tersenyum dadaku menghangat seperti ini?!
“bagian mana yang kamu enggak ngerti?”
“semua”
Astaga dia tersenyum kembali, tidak sopan!
“dari tadi senyum senyum mulu nih bapak, seneng liat orang bingung”
“abisnya kamu itu lucu. Bab ini tuh cuma ngulang dari SMP”
“bapakkan tahu sendiri, aku dari SD sampe sekarang paling gak ngerti sama bahasa Indonesia”
“kamu tuh makin lucu, enggak ngerti bahasa Indonesia tapi pengucapan sama pemahaman kamu sama lawan bicara bagus banget”
“pelajaran bahasa Indonesia pak bukan bahasa Indonesia”
“bahasakan komunikasi yang digunakan setiap manusia didunia. Cuma belajar bagaimana cara pelafalan dan pemahaman yang baik sehingga penangkapan lawan bicara bisa sama dengan apa yang kita maksud. Feedback yang harus dicapai dua arah, maka itu adalah percakapan yang efektif. Denger yang aku ucapkan tadi, itu adalah salah satu bab dibuku yang kamu pegang. Jadi sama ajakan pelajaran bahasa Indonesia dengan bahasa Indonesia itu sendiri?! Sama-sama pembelajaran bagaimana berbicara yang baik”
“terserah bapak” aku melihatnya kesal
Telingaku panas mendengar ucapan yang keluar dari bibir pak juan. Apanya yang tidak sama seperti dikelas?! Sama saja pembelajarannya. Kalau saja diujian nasional tidak ada bahasa Indonesia pasti sudah kujual semua buku yang bertuliskan “belajar bahasa Indonesia”. Tapi terlalu extreme! Nanti aku malah ditangkap aparat berwenang yang menganggap aku teroris karena menjual semua buku-buku itu.
***
Seminggu sudah aku private dengan pak juan. Sedikit banyak ada ilmu yang kutangkap dari pembelajaran yang dia lakukan. Setelah tahu aku tidak bisa belajar dengan media yang dinamakan buku, akhirnya dia mengganti metode belajarku dengan berdiskusi. Entah kenapa aku lebih menyukai pembelajaran seperti ini, mungkin karena aku bisa mengetahui sisi kehidupannya yang lain, selain menjadi guru magang. Ya kehidupannya sebagai seorang pria. Sepertinya aku sudah lancang memberi ruang dihatiku untuk dirinya. Tapi entah dengan dia, mungkin perasaan ini hanya milikku sendiri.
“bahasa Indonesia itu susah dinalar pak. Disuruh ngartiin kalimat yang sama sekali bertentangan. Kalimatnya emang mengandung arti tapi artinya susah dicerna. Kalimatnya lebih dari sekedar baku, kalimatnya aneh. Pake ada majas-majas lagi”
Pak juan memperlihatkan kedua lesung pipinya.
“sama saja dong kayak bahasa inggris, ada tenses”
“beda dong pak. Tenseskan cuma nerangin waktu lampau, sekarang sama yang akan datang. Cuma ganti was, is sama will”
“gini sa, tenses adalah pedoman untuk bahasa inggris sedang majas adalah salah satu pedoman untuk bahasa kita. Majas salah satu bentuk perumpamaan, sama saja kayak like, as, if or anything else dalam bahasa inggris. Menerangkan sesuatu tapi menyampaikannya dengan sesuatu yang berbeda, ngerti?”
Aku menggeleng
“aku kasih contoh deh. Misal majas personifikasi, kamu tahu artinya”
Sekali lagi aku menggeleng, dia kembali tersenyum. Astaga apa aku terliaht begitu bodoh?!
“majas personifikasi itu majas yang menerangkan benda mati yang memiliki sifat-sifat seperti manusia. Kayak mentari tersenyum kepadaku menyambut pagi ini”
“sama kayak kalau bulan bisa ngomong?”
“itu mah nyanyian. Bisa juga tapi bisanya diilangin”
“oh kalau didenger romantis juga ya pak, bulan ngomong ke aku” aku tersenyum
Pak juan tersenyum
“kamu itu ada-ada aja. Untuk ngartiin kalimat, aku kasih kamu contoh. Coba artiin I Love you” lanjut pak juan
“aku cinta kamu”
“itu kamu bisa mengartikan kalimat bahasa inggris kebahasa Indonesia, tapi kenapa mengartikan kalimat bahasa Indonesia kebahasa Indonesia kamu kesulitan?! Itu karena pemahaman kamu yang belum penuh”
Aku memperhatikan setiap gerakan bibir pak juan
“satu hal yang sangat penting dalam pembelajaran itu pemahaman bukan penghafalan. Penghafalan lebih menggunakan energi dibanding pemahaman. Pemahaman adalah cara-cara dan langkah-langkah kalimat atau pengucapan itu terjadi. Nah sekarang kalau kamu ingin bisa bahasa Indonesia, kamu harus lebih meluangkan waktu untuk memahaminya”
“ada pepatah bilang. Kalau tak kenal maka tak sayang. Makanya kamu harus kenalan dulu sama bahasa indonesianya. Umurnya berapa? Cakep gak?” senyum pak juan
Aku tersenyum menyenggol lengan pak juan, kemudian tersenyum. Setiap kata yang diucapkannya seperti energi penyemangat bagiku untuk lebih mempelajari pelajaran bahasa Indonesia. Tapi sepertinya dia mengajariku lebih dari sekedar bahasa Indonesia, dia mengajariku bahasa cinta. Pemahaman tentang langkah-langkah seseorang mencintai seseorang. Ah pak juan, kau merasakan getaran ini tidak?! Aku sudah tidak mampu menyembunyikannya lagi.
***
Hari ini adalah titik balik perjuanganku selama seminggu private dengan pak juan. Hari ini akan ada ujian harian bahasa Indonesia, eits jangan mengira aku mendapat bocoran dari beliau ya, karena selama seminggu ini aku tidak pernah lepas dari dia, aku tidak sepicik itu.
“semangat ya” bisiknya saat menyerahkan selembar kertas penentu nilaiku itu diatas meja
Aku tersenyum pendapat pasokan semangat dari pak juan. Aku balikkan kertas yang sedari tadi memunggungiku itu. Aku terhenyak melihat pertanyaan yang didominasi paragaraf-paragraf bacaan. Pemahamanku tentang bacaan seperti ini belum full sepenuhnya. Aku pasrahlah dengan nilai yang akan aku dapatkan nanti.
***
Aku tertegun melihat nilai yang aku peroleh. 6,5 walau naik hanya 0,5 tapi setidaknya ada peningkatan. Nilai abadiku bisa diubah, suatu mukjizat. Aku tersenyum melihat pak juan.
“kamu senang?”
Aku mengangguk pasti
“kamu puas?”
Kali ini aku melihatnya, pikiran dan dadaku bergejolak hebat. Walaupun naik 0.5 tapi tetap saja nilaiku enam. Aku tidak mau diijasahku kembali tersenyum angka enam dikolom pelajaran bahasa Indonesia. Malu rasanya sebagai orang Indonesia yang di akta kelahirannya juga sudah jelas-jelas seorang WNI mendapat nilai enam untuk pelajaran bahasa indonesianya. Apa kata pak presiden?! Memalukan nama bangsa saja. Akhirnya aku menggelengkan kepala.
“bagus. Walaupun ada peningkatan dari nilai kamu sebelumnya tapi enam sama dengan C, itu artinya nilai kamu masih pas-pasan. Aku yakin kamu bisa dapet nilai yang lebih tinggi dari ini”
“mau janji sama aku?” tanyanya
“apa?”
“kamu dapat nilai delapan untuk bahasa indonesia di raport semester ini”
Aku memandangnya ragu
“aku yakin kamu bisa merubah nilai enam jadi delapan, merubah C jadi B atau bahkan A”
“kenapa bapak seyakin itu?”
“Kan ada aku, aku akan selalu ngajarin dan nemenin kamu” senyumnya membuat aku terbang
Akhirnya aku mengangguk tapi entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Apa aku harus mengatakan perasaanku padanya?! Kalau benar hanya aku yang mempunyai perasaan ini bagaimana?! Ah aku tidak peduli.
“kalau aku enggak dapet nilai delapan, apa bapak tetep mau nemenin aku?”
“maksud kamu?”
“aku tahu aku cuma anak kelas tiga SMA. Aku masih labil, aku masih bingung mencari arti dari segala sesuatunya. Tapi untuk satu hal ini aku enggak mau nyari lagi”
“hal apa?”
“cinta. Aku enggak mau nyari lagi pak karena aku udah nemuin cinta aku yaitu bapak. Terserah bapak anggap ini bodoh atau idiot, seorang murid bisa cinta sama gurunya tapi hati aku yang milih bapak. Kebahagian aku yang menghampiri bapak” aku tertunduk
“astaga ini salah sa. Benar-benar salah”
Aku tertunduk lebih dalam dan ternyata memang jawaban inilah yang akan kudengar sebelum aku tahu jawaban sebenarnya dari dia. Jawaban tentang suatu kesalahan menyukai bahkan mencintai seseorang. Tapi hati tidak pernah salah, situasi dan kondisinya saja yang tidak memungkinkan. Mana ada seorang guru yang mencintai muridnya sendiri?!
“Aku yang seharusnya ngomong ini ke kamu. Kebahagian aku yang sama kamu, aku pikir aku yang idiot bisa cinta sama muridnya sendiri. Tapi sekarang aku tahu, perasaan ini enggak bertepuk sebelah tangan”
Aku melihat pak juan dengan tatapan tidak percaya dan air mata yang mulai menetes. Astaga, perasaanku berbalas, perasaan yang aku kira hanya milikku sendiri. Perasaan apa ini?! kenapa semuanya jadi terlihat begitu mengembirakan?! Hatiku penuh dengan luapan cinta yang tak terbendung. Aku janji akan memberikan nilai delapan dalam kolom bahasa indonesiaku pak juan. Ups juan tersayang.
***
Aku belajar setiap hati tentang pemahaman pelajaran bahasa Indonesia, tentang ungkapan-ungkapan yang tidak kumengerti, tentang bacaan-bacaan yang membuatku mengantuk, tentang penulisan-penulisan yang membuatku bingung. Tapi aku tidak peduli semua ini, aku sudah berjanji jadi harus kutepati untuk melihat senyuman diwajah pacarku itu.
Akhirnya ujian semester berakhir dan sekarang saatnya pengambilan raport. Saat yang sangat menegangkan bagiku. Biasanya saat mama selesai melihat nilaiku, beliau akan terlihat begitu lemas seperti tenaganya tersedot habis kedalam raportku. Tapi kali ini berbeda, wajahnya menunjukkan senyuman yang begitu bahagia dan tulus. Ada apa gerangan?!
“sayang. Lihat 8,5 nilai bahasa Indonesia kamu” mama memelukku
Aku tersenyum, melompat dalam hati, kegirangan dalam diam. Astaga perjuanganku selama berbulan-bulan terbayar sudah. Janjiku bisa kutepati. Jerih payahku tidak sia-sia. Akhirnya aku bisa melihat angka delapan di STTB ku nanti. Perasaanku begitu full dengan rasa begitu bahagia.
“itu seperti adit” gumam mama
“iya itu adit”
“adit?! Adit siapa ma?”
Belum sempat mama menjawab pertanyaanku, mama sudah terlanjur berlari menghampiri, astaga pak juan!
“adit” teriak mama
Aku berlari mengejar mama yang menghampiri pak juan. Sepertinya mama mengenal pacarku, tapi kenapa panggilannya adit?!
“tante sonya” seringai pak juan
Astaga pak juanpun mengenal mama. Tante?! Kenapa pak juan memanggil mama seperti itu?! matanya beradu dengan mataku. Tatapan matanya begitu cemas dan sedih. Kenapa perasaanku jadi tidak enak?!
“cha ini kak adit. Kakak sepupu kamu yang tinggal dipalembang. Yang dulu sering main sama kamu itu lho. Ya ampun sekarang udah gede imutnya”
“ini icha tante?”
Mama mengangguk. Mereka berdua mengobrol tapi suaranya tak terdengar ditelingaku yang sepertinya tuli mendadak. Sesekali sorot mata pak juan mengarah ke wajahku, membuatku bertambah sedih melihat sorot mata itu, sorot mata yang penuh kepedihan. Sekarang aku tahu kenapa dia menatapku begitu cemas dan sedih?!. Jadi dia kakak sepupuku. Kenapa aku bisa jatuh cinta padanya?! Pantas saja aku merasa sudah lama mengenalnya. Hatiku hancur seketika karena aku tahu hubungan ini harus dihentikan. Hubungan yang sangat tidak lazim, bukan hanya hubungan guru dengan muridnya tapi hubungan kakak dengan adiknya. Astaga, baru saja aku merasa bahagia mendapat mukjizat nilai delapan dalam raport kolom bahasa Indonesia. Tapi harus aku bayar mahal dengar pembeberan kebenaran ini. Selamat tinggal pak juan pacarku tercinta, selamat datang kak juan kakak sepupuku tersayang.
Hahahaha.. ngakak gue RM.Pas pak Sides-nya (pembicara di museum mandiri). Dia bilang gini: "bahasa yang baik sangat diperlukan. Setiap melakukan aktivitas pasti bahasalah yang lebih dulu berperan". lha dicerpen gue kan ngomongin tentang bahasa, malah kayaknya mentah banget. Hoho maluuuuuuu .
Nah di workshop itu juga ngomongin tips dan trik memenangkan LMCR, mau tau mau tau?! nih gue kasih tau, kan saya baik :):
1. Pilih judul yang bikin penasaran, misalnya dari gambar dibawah ini kalian bakal ngasih judul apa?!
kalo gue "Hujan rembulan beratapkan iman" hoho, ini rahasia ya RM. Mikir nih judul hampir 10 menit padahal waktu dimuseum mandiri, ngasih judul gambar yang berbeda, gak boleh lebih dari 5 menit
2.Jangan pernah pake "loe, gue" dan " kata-kata daerah"
Lha mii kan lomba cerpen remaja?! remajakan identik dengan bahasa gaul
awalnya gue mikir juga gitu RM. Inikan lomba cerpen remaja, tapi kenapa yang menang bahasanya gak nyangkut sama otak gue?!. Ternyata pemikiran gue sempit bener RM. Rayakultura bukan mentingin seberapa bagus kreatifitas loe dalam berimajinasi dan menghasilkan ide-ide yang belum pernah terpikirkan. Tapi mereka lebih menekankan, "Bagaimana penggunaan bahsa yang baik karena bahasa mencitrakan diri". Sumpah pas di workshop itu RM, gue tau gimana bahasa itu menjadi sesuatu yang bener-bener menarik.
3. Kalo pake bahasa daerah, harap di Italic
4. Jangan menggunakan penyakit or anything else yang nanti ujung-ujungnya mendonorkan organ vital dalam diri buat orang lain
5. kayaknya itu aja deh yang gue tau
Sekarang gue juga lagi buat cerpen untuk dilombakan dalam LMCR 2011 RM. Pengalaman pribadi sebenernya, tinggal benerin kata-kata yang menurut gue gak pas. Belum jadi sih, baru 2 lembar.
Targetnya: MASUK 100 BESAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)