Sabtu, 16 Maret 2013

FF [Teen Top] - Will U Go Out With Me?! - Chap 2




Title : Will U Go Out With Me?
Genre : Romance
Cast : Icha (OC)
Niel (Teen Top)
Changjo, L.Joe, Ricky, Chunji, CAP (Teen Top)
Park Yoo Ra (OC)
Nicole (KARA)


Chap 1 >>Klik<<


--------------------------------------------------------------------------------


“Kau percaya cinta pada pandangan pertama?” Tanya Icha

“Ne, pada seorang noona” Ucap Niel


Hatiku yang terkikis menambah tipis karena pengakuan Niel barusan. Hati ini tak bisa kusatukan kembali karena tak nampak ada serpihan di sana, karena semua telah menjadi debu. Habislah riwayat cintaku. Angin malam ini dengan mudah menghempaskan jiwaku yang kanyut terbawa arus kencang cinta yang tak termuarakan.


***

[Author POV]

Icha yang sedang berjalan memasuki kampus terhenti karena kecepatan jalan seseorang yang melebihi rata-rata berhasil melewatinya. Dengan ekspresi tidak biasa Icha melihat namja berambut blonde yang melewatinya barusan.

“Annyeonghaseyeo” Sapa seseorang yang mengagetkan Icha.

Icha menolehkan wajahnya ke arah namja dengan senyum yang terkembang.

“Oh Ricky-ah, annyeonghaseyeo” Icha membungkuk di hadapan Ricky.

“Ricky-ah!!!” Teriak seorang yeoja di belakang mereka dengan nada ceria.

Mendengar teriakan seseorang, Icha dan juga Ricky menoleh bersama dan melihat seorang yeoja tengah berlari ke arah mereka.

“Apa kau sangat merindukanku Ricky-ah? Sehingga kau datang ke sini?” Tanya yeoja itu dengan senyuman yang sangat ceria.

“Apa alasanku untuk merindukanmu? Aku hanya mengantar L.Joe hyung. Kajja kita pergi dari sini Icha-ya” Ricky menarik tangan Icha menjauh dari yeoja yang nampak berkurang sinar yang terpancar dari matanya.

“Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku Ricky-ya? Bisakah kau mendengar hatiku yang mulai menyeruakkan namamu?” Ucap yeoja itu pelan, mungkin hanya angin yang dapat mendengarnya.

***

“Kau menyukainya kan Ricky-ah?” Icha berujar di kantin kampus setelah menjauh dari yeoja itu.

Ricky melihat Icha dengan gelagapan dan tersenyum kecil kemudian mengangguk.

“Lantas kenapa kau mengacuhkannya?? kau akan tahu betapa dia sangat berharga ketika kau kehilangan dia” Icha melihat Ricky.

“Aku hanya memberinya pelajaran bahwa dalam cinta tak bisa dipaksakan” Ricky balas melihat Icha.

“Dalam cinta tak ada yang namanya pemberian pelajaran. Kau akan menyesal sendiri kalau tahu ternyata dia telah menemukan seseorang yang ternyata bukan kau” Icha tertunduk mengingat kisah cintanya sendiri pada Niel.

“Apa itu pengalaman pribadimu sendiri eoh?” Tanya Ricky to the point.

Icha hanya tersenyum kecut mendapat pertanyaan dari Ricky, yang 100% adalah kejadian cintanya sendiri yang memang terlihat kalut bagai benang yang tak saling bertemu ujung dengan ujung.

“Jadi apa yang harus kulakukan?” Ujar Ricky cemas.

“Sebagai noona-mu, aku menyarankan kalau kau harus segera minta maaf pada yeoja itu. Agar kau tak menyesal nantinya” Icha tersenyum.

“Noona? Memang kau line berapa?” Ricky mengerutkan keningnya.

“91” Ujar Icha singkat.

“jjinjja? Wah, berarti kau satu line dengan Yoo Ra noona. Aishh aku dari awal tidak sopan padamu noona” Ricky menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Gwencana Ricky-ah” Icha memukul bahu Ricky.

***

“Noona! Yoo Ra noona!” Teriak nyaring suara seseorang memenuhi sudut koridor.

Yoo Ra menolehkan kepalanya mengarah pada suara itu yang pemiliknya nampak tegang dengan keringat yang mengucur.

“L.Joe-ya ada apa denganmu? Kau nampak sangat berantakan” Yoo Ra mengerutkan keningnya.

“Apa kau melihat Nicole noona?” Tanya L.Joe dengan nafas memburu.

“Nicole-ah? Tidak, dari kemarinpun dia sama sekali tak mengabariku. Nomor handphone-nyapun tidak aktif.Wae? Apa kalian bertengkar?” Selidik Yoo Ra.

“Molla, aku tak merasa berbuat salah padanya tapi kini dia tak ada kabar sama sekali” L.Joe tertunduk masih dengan pikiran yang amat kalut.

“Mungkin dia ingin sendiri dulu, jangan terlalu dipikirkan” Yoo Ra mengelus punggung L.Joe.

“Apa alasannya dia ingin sendiri?” L.Joe terlihat geram.

“Ayo kita jernihkan pikiranmu dulu” Yoo Ra menarik tangan L.Joe.


Yoo Ra berjalan memimpin L.Joe yang berjalan mengikutinya dengan langkah tak bergairah. Mereka beranjak ke kantin dan melihat Ricky serta Icha yang tengah bercengkrama.

“Apa yang kalian lakukan disini?” Tanya Yoo Ra duduk.

“Aku mengantar L.Joe hyung tapi dia meninggalkanku sendiri, kemudian aku bertemu dengan Icha noona. Dia pemberi nasihat yang baik” Ricky mengacungkan jempol ke arah Icha.

“Ya~ hyung kau kenapa?” Tanya Ricky yang melihat L.Joe yang duduk di samping Yoo Ra terlihat lesu tak bersemangat.

“Nicole-ah tak ada juga di kampus” Ujar L.Joe melihat ke arah Icha dan membungkukkan kepalanya.

Icha membalas membungkuk ke arah L.Joe dengan tampang yang nampak kebingungan dan memalingkan wajahnya ke arah Yoo Ra, seakan bertanya ‘ada apa?’. Tanpa mendengar pertanyaan langsung dari Icha, Yoo Ra menjelaskan apa yang terjadi dengan L.Joe.


“Jangan mengambil kesimpulan dengan kepala yang dipenuhi prasangka, karena itu akan berakibat dengan tindakan yang akan kau lakukan. Dinginkan kepalamu dulu dan biarkan hatimu yang menuntun dan mengarahkanmu menuju kebenaran itu sendiri” Icha menatap L.Joe.

“Itu juga berlaku untukmu” Icha menunjuk Ricky.

Ricky yang mendapat perlakuan dari Icha hanya bisa tersenyum malu.


[Icha POV]

“Aku bisa menasihati mereka semua tapi kenapa rasanya berat sekali menasihati diriku sendiri? Melihat Yoo Ra seakan melihat kepingan hatiku yang telah retak tak tentu bentuknya. Bahkan hatikupun tak bisa menunjukkanku jalan menuju hal yang kusebut kebenaran, atau mungkin aku tak memiliki hati lagi?. Hatiku yang hanya satu yang telah kuberikan pada orang yang telah memberikan hatinya pada yeoja lain” Ujar batinku yang mulai bergejolak.


[Author POV]

“Ya~ Icha-ya” panggil Yoo Ra.

“Oh Ne” Suara Yoo Ra membuyarkan lamunannya.

“Kau melamun eoh?” Yoo Ra melihat Icha.

“Oh aniyo, kenapa?” Tanya Icha tersenyum.

“Aku sudah selesai membaca novel Susenku, apa kau bisa mengambilnya di apartemenku? Tadi aku ingin membawanya tapi aku lupa” Ujar Yoo Ra.

“Tentu saja, tapi tidak bisa sekarang karena aku ada perlu sebentar” Icha menyeruput minumannya.

Yoo Ra mengangguk dan memukul kepala L.Joe yang berada di sampingnya serta disaat bersamaan menendang kaki Ricky yang berada di hadapannya.

“Owwhhh” Rintih mereka berdua dengan melirik Yoo Ra tajam.

“Wae? Aku hanya ingin menggerakkan urat leher kalian, kasihan sekali mereka menopang kepala kalian yang selalu menunduk” Kekeh Yoo Ra yang dibalas hembusan nafas L.Joe dan Ricky bersamaan.



***



Icha yang tengah berdiri di pintu apartement Yoo Ra membelalakkan mata saat tangannya ingin menekan bel, tepat saat itu pintu terbuka dan terlihat seorang namja dengan rambut berantakan, berbalut singlet hitam dan celana tidur panjang keluar dari apartement yang ingin dia masuki.

“Chang..Jo” Ujar Icha kaget sambil menutup mulutnya dengan tangan.

“Noo..na.. a, annyeonghaseyo” Changjo menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum kecut.

“Ah~ aku hanya menumpang tidur di kamar Yoo Ra noona” Lanjut Changjo tertunduk.

“Annyeong” Changjo melewati Icha yang masih tak bergeming dari posisinya dan berjalan cepat menuju apartement Teen Top yang berada tepat di sebelah kamar apartement Yoo Ra tanpa menoleh.



Icha yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan, menggelengkan kepala beberapa kali dan kemudian bergegas menekan bel. Beberapa kali bel berbunyi tapi tak ada tanda-tanda Yoo Ra beranjak keluar. Karena pintu yang belum tertutup karena ulah Changjo tadi, Icha berjalan memasuki apartement Yoo Ra dan mendapati Yoo Ra yang tengah berbaring di atas Sofa dengan keringat bercucuran. Icha bergegas mendekati Yoo Ra dan memegang dahinya.

“Panas sekali. Apa yang Changjo lakukan pada Yoo Ra sehingga membuatnya demam seperti ini?” Icha memikirkan kejadian tadi.

“Aigoo, aku harus mengompres-nya dulu” Icha bergegas ke arah dapur



***

Ting.. Tong

Niel membukakan pintu apartement Teen Top yang ditekan seseorang.

“Annye..” Ucapan Niel terputus saat melihat Icha dengan ekspresi yang tidak biasa.

“Changjo-ya eodiseo?” Tanya Icha dengan mimik menyeramkan.

“Wae?” Tanya Niel bersembunyi di balik pintu.

“Apa yang dia lakukan pada Yoo Ra-ya sehingga dia demam seperti sekarang?” Icha menyilangkan tangan di dada.

Mendengar ucapan Icha, Niel yang tadi bersembunyi di balik pintu bergegas keluar dari apartement dan menyenggol bahu Icha saat berjalan menuju apartement Yoo Ra. Dan sekarang terlihat hanya Icha yang berdiri masih dengan menyilangkan tangan di dada tapi dengan posisi yang bergeser karena tersenggol bahu Niel. Dari raut wajahnya nampak kesedihan yang terpancar dengan sangat jelas. Dengan mata yang masih terlihat sayu dan berusaha menahan bendungan yang mungkin akan mengalir deras, Icha bergegas menuju apartement Yoo Ra.



Saat kakinya melangkah masuk memasuki ruang tamu, ekor matanya mendapati Niel yang tengah mengompres kembali dahi Yoo Ra dengan air es yang telah disiapkan Icha tadi. Matanya yang tak mampu melihat kejadian itu menoleh ke arah lain dengan dada yang naik turun menahan aliran air yang tak boleh dia keluarkan sekarang. Masih dengan kekalutan yang belum bisa dikendalikan, telinganya mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

“Aku akan segera kembali, tolong jaga Yoo Ra noona” Niel berkata sangat lembut di hadapan Icha.

Icha mengangguk dengan ruh yang terbawa langkah kaki Niel yang menjauh dari dirinya berdiri sekarang. Triiinggg.. terdengar benda terjatuh. Dengan kilaunya yang menyilaukan mata, Icha mengambil benda itu yang sepertinya jatuh dari celana yang dikenakan Niel.



Dihapusnya air mata yang tak bisa Icha bendung lagi karena benda yang dipegangnya itu. Sebuah cincin yang menjadi bandul kalung berwarna silver tapi bukan masalah cincin, lebih dari itu. Ini semua karena nama yang terukir pada bagian dalam cincin itu. “YOO RA”



***

Setelah membopong Yoo Ra ke kamarnya Changjo bergegas menuju hyung-hyungnya dan Icha yang berada di ruang tamu. Setiap orang melayangkan pikiran di alam bawah sadarnya masing-masing.

“Bagaimana keadaan Yoo Ra noona?” Tanya Ricky yang menghampiri Changjo yang tengah menutup pintu.

“Panasnya belum turun dan keringatnyapun masih bercucuran” Changjo menghembuskan nafas panjang.

“Aku akan panggilkan dokter” Ujar Niel mengambil handphone di saku celananya.

“Apa yang kau lakukan pada Yoo Ra-ya?” Icha menatap tajam ke arah Changjo.

“Eopseo, aku hanya menginap dan saat aku keluar, noona masih tertidur dan aku tidak tega membangunkannya untuk pamit pulang. Tapi setelah itu aku mendapat kabar seperti ini. Babo!!” Changjo bersandar pada tembok dengan wajah bersalah.

“Ya~ Niel-ah apa yang kau lakukan? Palli panggilkan dokter!” Ujar L.Joe yang melihat tingkah laku Niel yang sudah memegang handphone tapi masih mencari sesuatu yang berada di saku celananya. Niel mengangguk dan menelepon dokter.



Icha yang melihat kelakuan Niel, memegang kalung yang berada di saku celananya erat.

“Apa kau mencari kalung berbandul cincin ini Niel-ah?” Batin Icha.



“Aku harus pulang sekarang” Ujar Icha melihat handphonenya.

“Eomma-mu mencari?” Tanya CAP, Icha mengangguk mengiyakan.

“Kabari aku keadaan Yoo Ra-ya setelah dokter datang” Ujar Icha pada Niel.

“Aku akan mengantarmu” Tatap Niel.

“Bagaimana kau mengantarnya? Dokter sebentar lagi akan datang!” Kali Ini Chunji yang berucap.

“Gwenchana aku bisa pulang sendiri. Annyeong” Icha melangkah menuju pintu tanpa tahu Niel mengikutinya dari belakang.



“Noona!” Teriak Niel di ambang lift saat Icha hendak melangkahkan kaki memasuki lift.

“Gamsahamnida” Ujar Niel dengan senyum lebar.

“Untuk apa?” Icha berbalik menatap Niel bingung dan membiarkan lift tertutup kembali.

“Menjaga Yoo Ra noona, kalau tidak ada kau pasti tidak akan ada yang tahu kalau Yoo Ra noona sakit” Niel tersenyum kecil.

“Itu tentu bukan suatu kebetulan” Kata Icha singkat.

“Ne?” Niel mengerutkan keningnya bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

“Annyeong” Icha memasuki lift bersamaan dengan seorang berpakaian putih keluar dari lift.



Dengan mata nanar Icha melihat punggung Niel yang menjauh dan berjalan sejajar dengan dokter yang keluar dari lift itu. Tringg... Icha mengeluarkan lagi kalung berbandul cincin itu bersamaan dengan pintu lift yang tertutup.



***



[Icha POV]



Aku bersandar pada dinding kamar yang dingin, merenungi semua yang terjadi. Pikiranku tak henti untuk tak memikirkan namja yang kalungnya berada padaku sekarang. Namja yang bahkan takkan membiarkan hatinya terbuka untuk yeoja lain. Namja yang telah mengukir nama yeoja itu dan selalu mendekatkannya di hatinya.

“Nan eotteoke Icha-ya?” tanyaku pada diri sendiri.



***



Keesokan hari..

Aku bergegas menuju apartement Yoo Ra dengan menjinjing termos yang berisi congee yang sengaja kubuatkan untuk Yoo Ra. Dengan tak menghiraukan perasaanku saat ini, kutekan bel apartement Yoo Ra.



“Annyeonghaseyeo, bagaimana keadaan Yoo Ra-ya? Aku buatkan congee” Ujarku masuk setelah pintu dibukakan Ricky.

“Noona belum sadar dari semalam, tapi panasnya sudah turun” Ricky menggaruk kepalanya dengan menunjukkan wajah mengantuk.

“Apa kalian semua tidur disini?” tanyaku saat melewati ruang tamu dan mendapati member Teen Top tengah tergeletak berantakan di sofa dan di karpet tanpa berselimut.

“Ne” Ujar Ricky membaringkan tubuhnya di samping L.Joe.



Aku hanya memandang tubuh-tubuh tergeletak itu dengan tatapan kasihan dan berinisiatif untuk membuatkan mereka sarapan. Tapi yang harus kulakukan sekarang adalah membangunkan Yoo Ra dan menyuruhnya memakan congee yang kubuatkan. Dengan perlahan kutuang congee ke dalam mangkuk dan menambahkan buah-buahan yang tersedia di lemari es kemudian membawanya ke kamar Yoo Ra. Belum sempat tuas kuputar, pintu kamar yang tak terkunci terbuka.



Sesaat aku terdiam melihat pemandangan yang berada di hadapanku, bukan karena Yoo Ra yang tengah terlelap melainkan seseorang yang terlelap juga dengan posisi duduk dan setengah tubuhnya terbaring di samping tubuh Yoo Ra. Dengan nafas yang kuhembuskan panjang, kucoba langkahkan kakiku yang terasa sangat berat menuju mereka. Setelah meletakkan semangkuk congee di atas meja, aku berjalan dan berdiri di samping sosok yang tengah terlelap dengan sebagian tubuhnya terbaring di kasur.

“Apa kau begitu mengkhawatirkannya?” Batinku bertanya.

“Niel-ah?” Kuguncangkan tubuhnya.

Niel terlihat menggeliat dan terkejut melihatku berada di hadapannya.

“Kau disini noona?” Tanyanya setengah sadar.

“Ne, aku bawakan Yoo Ra congee” ujarku.

“Arra, aku keluar” Niel melangkahkan kakinya masih dengan mata terpejam.

“Niel-ah” Panggilku.

Niel berhenti dan menoleh ke arahku. Dengan sigap kugantungkan kalung berbandul cincin di hadapan Niel, yang membuatnya terbangun seketika. Senyum merekah yang menghiasi wajahnya membuatku sesak, sesak sekali.

“Kau menemukannya di mana noona? Aku mencarinya semalaman, kalau sampai hilang habis hidupku” Niel mengambil kalung yang berada di tanganku.

“Benda itu terjatuh saat kau menghubungi anak-anak Teen Top. Apa kalung itu sangat berarti?” Tanyaku dengan liur yang tak memenuhi kerongkongan.

“Lebih dari sekedar berarti, kalung ini sangat berharga. Gamsahamnida noona” Dengan tersenyum Niel meninggalkanku yang masih mematung dengan nafas memburu dan air mata yang mulai menggenang.



***

[Author POV]



Yoo Ra membuka matanya yang masih samar memandang segala sesuatu di hadapannya. Tapi dia tahu, bahwa sosok yeoja yang tengah berdiri melihat pintu kamar adalah Icha. Dengan senyum kecil, Yoo Ra memegang tangan Icha. Icha yang merasa tangannya dipegang kontan berbalik dan melihat Yoo Ra dengan wajah pucat tersenyum kecil ke arahnya.

“Kau sudah bangun?” Icha duduk di samping Yoo Ra.

Yoo Ra mengangguk lemah “Apa yang kau lakukan di sini Icha-ya?”

“Ya~ kau tak ingin aku menjengukmu?” Icha melihat Yoo Ra sedikit kesal.

“Bukan itu, tapi kenapa kau di sini dengan mata berair seperti itu?” Kata Yoo Ra lemah.

Icha tersentak tapi kemudian dia menggeleng “Aku tadi menguap karena membuatkanmu congee pagi-pagi jadi aku sangat mengantuk sekarang”

“Aku tak pernah memintamu membuatkanku congee” Yoo Ra berusaha bangkit.

“Kau seharusnya berterimakasih padaku, Mogo” Pinta Icha menyuapkan sesendok congee ke arah Yoo Ra.

Yoo Ra tersenyum dan membuka mulutnya untuk melahap congee “Gamsahamnida”.

Icha nampak tertunduk sambil mengaduk congee yang dipegangnya.

“Yoo Ra-ya apa ada seseorang yang tengah mengisi hatimu sekarang?” Tanya Icha tiba-tiba.

“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Yoo Ra mengerutkan keningnya.

“Eopseo, aku hanya ingin tahu” Icha tetap mengaduk congee.

Dengan pipi bersemu Yoo Ra mengangguk “Ne, seorang dongsaeng”



[Icha POV]



Aku tersentak mendengar perkataan Yoo Ra. Perkataan yang seakan menjadi gerbang penutup yang takkan bisa kumasuki lagi. Semua memang harus berakhir di sini. Semua memang harus diakhiri sampai di sini. Semua rasa, perasaan, hati harus segera kubuang jauh-jauh, karena kenyataannya hati mereka bertaut hanya tinggal waktu yang membuat itu semua menjadi nyata. Dan sekarang apa yang harus kulakukan terhadap hatiku yang bahkan aku merasa aku tak mempunyai hati lagi.



“Apa aku terlihat aneh karena menyukai seorang dongsaeng?” Yoo Ra membangunkanku dari lamunan.

“Ani, hanya saja... Ya~ kau bahkan belum mandi tapi sudah menghabiskan congee. Kau ini sangat jorok” Aku berdiri dan berjalan keluar kamar.



***



[Author POV]



“Aku ingin membeli sayuran dan beberapa makanan ringan di swalayan. Tolong jaga Yoo Ra-ya” Kata Icha pada semua member Teen Top yang masih tergeletak di ruang tamu.



Tak ada jawaban yang menyahut, yang terdengar hanya dengkuran kecil semua member yang masih terlelap. Tepat saat Icha menutup pintu terdengar ringtone dari saku celana Ricky. Dengan malas Ricky menekan tombol jawab di layar handphone-nya masih dengan mata terpejam.

“Yeoboseyeo” Ujarnya.

Setelah mendengar suara seseorang di ujung telepon, mata Ricky terbuka lebar dan seketika membangkitkan tubuhnya ke posisi duduk.

“Kenapa kau meneleponku pagi-pagi?!” Tanya Ricky berusaha ketus.

“Apa ini pagi? Sekarang sudah jam 11 siang, aku hanya ingin tanya apa L.Joe oppa ada bersamamu?” Tanya seorang yeoja yang berbicara dengan Ricky di telepon.

“Ne, kenapa? Apa sekarang kau beralih dari Changjo-ah ke L.Joe hyung?” Kata Ricky tanpa basa basi.

“Kenapa kau berkata seperti itu? Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Hongki oppa. Dia bilang, dia seperti melihat Nicole eonnie di Hongdae. Bukankah L.Joe oppa mencarinya 2 minggu belakangan ini?” Terang Nam Joo.

“Arra, akan kusampaikan. Annye...” Belum sempat Ricky berkata.

“Ya~ takkan ada Changjo-ah lagi di hatiku, atau mungkin orang lain. Hatiku telah terisi seorang namja yang sampai saat ini belum memaafkanku. Kaupun tahu siapa namja itu. Annyeong” Nam Joo mematikan sambungan teleponnya.



Dengan wajah yang bersemu, Ricky melihat layar handphone-nya dengan tersenyum kecil. Hatinya bergolak, seakan tak ingin menyiakan kesempatan ini.

“Kau akan menyesal sendiri kalau tahu ternyata dia telah menemukan seseorang yang ternyata bukan kau....."

Terlintas omongan Icha kemarin saat mereka bertemu di kampus. Tanpa ingin memikirkan lebih lanjut tentang yeoja itu, Ricky mengguncangkan tubuh L.Joe yang berada di sampingnya. Dengan malas L.Joe melihat Ricky.



“Hyung, ada kabar bagus untukmu” Ricky tetap mengguncangkan tubuh L.Joe.

“Ya~ Changhyun-ah! Apa kau tidak tahu betapa mengantuknya aku?!” L.Joe tetap terpejam.

“Bahkan bila kabar ini menyangkut Nicole noona?” Ujar Ricky berdiri.

“Nicole-ah” Desis L.Joe membuka matanya dan memandang Ricky yang telah berdiri.

“Apa? Ada apa dengan Nicole?” Pekik L.Joe sambil berdiri sehingga membuat semua member membuka matanya dan melihat ke arah mereka berdua.

“Nam Joo mengatakan padaku kalau Hongki hyung melihat Nicole noona di Hongdae” Ricky menatap L.Joe.

“Hongdae?” L.Joe berjalan keluar apartement Yoo Ra.

“Kau ingin ke mana L.Joe-ah?” tanya Chunji.

“Aku akan mencarinya, kenapa dia berbuat seperti ini terhadapku?” Suara L.Joe seakan menahan emosi.

“Ya~ L.Joe-ah” Chunji menyusul L.Joe.



Sedang Ricky, Changjo, Niel dan CAP hanya melihat mereka pergi tanpa dapat menghalangi. Karena mereka tahu bagaimana temperamen-nya L.Joe saat emosinya memuncak. Apalagi saat semua menyangkut hati. Sudah 2 minggu L.Joe mencari Nicole, ke semua sudut Seoul telah dia singgahi hanya untuk melihat sosokyeoja yang meninggalkannya tanpa sepatah kata-pun, tanpa ucapan pamit sekalipun. Dan mereka tahu, hanya Chunji yang dapat menjaga amarah L.Joe agar tak sampai membludak.



Di lain tempat, Icha berjalan tertunduk dan tanpa sengaja menginjak genangan air sehingga tercipta jejak langkahnya di sepanjang jalan yang dia lalui. Masih dengan tertunduk, Icha berhenti dan berbalik sambil melihat jejak-jejak langkah kakinya yang terlihat jelas. Kaki-nya yang melangkah menjauh dari apartement Yoo Ra, seakan menjadi jejak langkah yang memang tak harus kembali. Jejak kaki yang telah tercap permanen dalam hatinya, sehingga dia tak mungkin bisa lepas begitu saja pada sosok yang amat membuatnya sesak. Sosok yang bahkan telah sangat lancang membuat otaknya tak menentu dan berujung kembali pada pikiran tentangnya.

“Hh..” Dia membuang nafas panjang.



Beberapa jam kemudian..

Icha hendak menekan bel apartement Yoo Ra saat melihat pintu tidak tertutup rapat, dengan mata menyusuri pintu dan melihat sekeliling, Icha perlahan membuka pintu.

“Kenapa pintunya tidak tertutup?” Kata Icha bingung.



Saat pintu telah terbuka penuh, Icha terbelalak dengan kejadian di hadapannya sehingga membuat belanjaannya terjatuh dan tercecer berantakan. Bagaimana tidak? Di hadapannya terlihat Changjo tengah menyelimuti Yoo Ra yang tengah terlelap di sofa kemudian menciumnya tepat di bibir. Changjo yang mendengar suara dari pintu, kontan melihat Icha dengan mimik cemas.

“Noona” Desis Changjo berjalan menuju Icha dan menarik tangannya menjauh dari apartement Yoo Ra



***



“Ya~ apa yang kau lakukan Changjo-ya? kenapa kau diam-diam mencium Yoo Ra-ya? Kau menyedihkan!!” Icha memukul kepala Changjo di taman apartement.

“Tapi...” Bela Changjo yang terpotong karena omongan Icha.

“Kenapa kau tega melakukan itu? Apa yang kau pikirkan saat kau melakukannya?! Kau ini benar-benar. Bagaimana bisa kau menusuk dari belakang?!” Icha melihat Changjo geram.

“Ne, aku mengaku salah mencium Yoo Ra noona diam-diam tapi tak sepenuhnya salahku” Changjo masih membela diri.

“Kau masih membela diri, kau ini sungguh keras kepala” Icha menatap Changjo.

“Ani, hanya saja apa aku salah mencium yeojachingu-ku sendiri?” Changjo melihat Icha.

“Yeoja..Chingu?!” Icha terbata melihat Changjo dengan ekspresi menunjukkan kebingungan.

“Kalian sepasang ke..ka..sih?” Icha masih menunjukkan kebingungan.

Changjo memukul kepalanya “Noona, jebal jangan katakan pada siapapun. Babo kenapa aku bisa keceplosan seperti ini?”

Masih dengan tampang bingung Icha melihat Changjo tak berkedip.

“Noona, jebal jangan katakan pada siapapun terutama pada Angel, kalau sampai tersebar habislah semua” Changjo pasrah

“Aigooo.. pantas saja kalian terlihat sangat dekat, apalagi kelakuanmu yang berlebihan bila di dekat Yoo Ra-ya” Icha mulai bisa mengendalikan ekspresinya tapi masih dengan kebingungan yang intensitasnya menurun.

“Tunggu, tadi kau katakan menusuk dari belakang? Apa ada yang menyukai Yoo Ra noona?” Ujar Changjo menjurus.

“Ah.. itu.. kau menu..suk Angel tentu saja. Bagaimana bisa kau membohongi mereka semua?!” Icha terbata mencoba menutupi kenyataan bahwa Niel menyukai Yoo Ra.

“Aku memang merasa bersalah pada mereka, kalau waktunya sudah tepat pasti kuberitahukan mereka semua tapi untuk saat ini jangan bilang kesiapapun, jebal” Pinta Changjo memohon.

“Ne” Icha mengangguk pasrah.

Melihat anggukan Icha, Changjo tersenyum lega. Sementara Icha yang hanya memandang Changjo tapi dengan pikiran yang tidak bersamanya. Pikirannya kini tertuju pada sosok yang membuatnya seperti ini, sosok yang selalu memenuhi ruang berpikirnya.

“Apakah dia tahu kalau Changjo-ya dan Yoo Ra-ya adalah sepasang kekasih, lantas kenapa kau masih menyukai-nya Niel-ah? Apa kau tahu cintamu bertepuk sebelah tangan?” batin Icha sedih.



***



Setelah berbicara dengan Changjo, Icha nampak seorang diri terduduk di bangku taman sementara Changjo pergi ke apartement Yoo Ra kembali. Icha merenung bingung memikirkan jalan cerita cinta ketiga manusia itu nampak mengerutkan kening. Tapi pikirannya lebih tertuju pada Niel, bila benar Yoo Ra dan Changjo sepasang kekasih lantas perasaan Niel bertepuk sebelah tangan? Lantas perasaan Niel tak terbalaskan? Lantas perasaan Niel tak bersambut?



Pikiran Icha melambung saat tadi pagi dia menyerahkan kalung berbandul cincin milik Niel.

“Kau menemukannya di mana noona? Aku mencarinya semalaman, kalau sampai hilang habis hidupku” ... “Lebih dari sekedar berarti, kalung ini sangat berharga..."

Saat pikirannya tak dapat lagi menampung semua kemelut yang nampak amburadul ini, Icha menggelengkan kepalanya mencoba mengusir semua kebingungan dan ketidakpastian ini dan membangkitkan tubuhnya bergerak menuju apartement Yoo Ra.



Di apartement Yoo Ra tampak Niel tengah mengiris sayuran dengan perlahan. Perlahan pula Icha menghampiri Niel. Niel hanya tersenyum melihat Icha mendekat.



“Aku mengambil sayuran yang tergeletak di depan pintu, aku tahu itu pasti belanjaanmu noona tapi sampai siangpun kau tak kembali jadi aku yang memasak, berhubung Changjo sedang mengajak Yoo Ra noonamenghirup udara segar, CAP hyung yang tertidur di apartement sebelah, L.Joe hyung dan Chunji hyungpergi dan Ricky yang entah berada di mana. Jadi aku bebas mengerjakan ini semua” Niel memasukkan sawi putih ke wadah.

Icha tak menjawab, dia hanya memandang Niel dengan tatapan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Matanya tepat tertuju pada mata Niel yang bahkan sampai saat ini tak pernah memandang mata Icha sekalipun. Melihat pandangan mata Icha yang tidak biasa, membuat Niel jadi salah tingkah.

“Noona, wae? Ada yang salah denganku sehingga kau melihatku seperti itu?” Niel tetap tak melihat Icha.

“Bisakah aku yang menggantikan posisinya?” Tanya Icha memegang tangan Niel yang masih mengiris sehingga membuat pertama kalinya Niel melihat mata Icha



**To Be Continued**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)

My Image