1. Phobia Love“aku cinta kamu” mungkin adalah kata-kata yang amat dinanti oleh semua orang. Tapi tidak denganku, kata-kata itu bagai momok yang sangat menakutkan, mengerikan bahkan membuatku phobia dengan kata Cinta. Kejadian itu bermula saat aku SMA, enam tahun lalu. Teman sekelasku menyatakan cinta padaku. Reval namanya. Dia begitu tampan dengan rambut cepak berantakan, seragamnya yang keluar membuatnya begitu keren, roknya yang berkibar bergerak bebas diterpa angin membuatku shock. Dia perempuan menyatakan cinta kepada aku yang juga perempuan. Kejadian itu membuatku trauma dengan pernyataan cinta. Selama bertahun-tahun bayangan pernyataan cinta reval tidak pernah lenyap. Membuatku menjadi seorang wanita yang pendiam, tak banyak teman dan bisa dikatakan aneh.
***
Aku tasya seorang karyawati disebuah perusahaan luar yang berdomisili di Jakarta. Aku melihat kearah luar jendela, macet. Tapi pikiranku lebih jauh dari lalu lalang ibukota. Pikiranku mengawang, saat kejadian aku melihat dia. Dia yang tak pernah luput dari pikiranku selama enam tahun. Bayangannya terus menghantui setiap aku memejamkan mata. Tapi sekarang aku melihatnya dengan teman-teman sekantorku. Kenapa sekarang dia muncul saat aku sudah hampir melupakannya?! Ya lupa, lupa, masih ingat sih.
“sya ayo aku kenalin kamu sama senior lina” kata tari menarik tanganku
Aku terpaku melihatnya. Dia tersenyum melihatku.
“sya kenalin ini lina. Dia senior disini. Enam bulan lalu dia ditugasin di aussie” kata tari bersemangat
Aku tertegun menatapnya, bola matanya yang hitam menatapku lekat-lekat.
“lin ini tasya dia baru gabung tiga bulan yang lalu. Anaknya emang diem banget. Kamu jangan sungkan ya ngajarin dia” kata tari
“oke. Oh iya tar ini undangan buat kamu” katanya menyerahkan sesuatu
Aku tetap berdiri melihatnya, tapi beberapa saat kemudian tari mengisyaratkan aku duduk disamping dia. Aku tepat duduk dihadapan reval. Tunggu, tadi tari menyebut namanya lina?! Sejak kapan reval suka dipanggil lina, walau nama aslinya revalina.
“tunangan?! Selamet ya lin” kata tari memeluk reval
Aku tercengan melihat kejadian dihadapanku. Tari tak sedikitpun risih dengan reval, atau mungkin tari juga?! Ah pikiranku ngawur. Tari menyenggol lenganku mengisyaratkan aku harus menyalami reval atas pertunangannya. Dia bertunangan dengan laki-laki atau perempuan?!. Aku mengulurkan tangaku, reval membalas uluran tanganku. Tangannya sama seperti dulu, halus dan lembut.
“selamat” kataku menunduk
“makasih” katanya tersenyum
Aku tak berkedip melihat ekspresi wajah reval. Wajahnya tetap sama seperti enam tahun lalu, cantik sekaligus tampan. Rambutnya tetap cepak yang berbeda hanya tubuhnya terlihat lebih kekar. Aku memberanikan diri pamit saat aku benar-benar kalut oleh kenangan-kenangan enam tahun lalu.
***
Makan siang bersama tari dan reval sungguh sangat membuatku gila akan kenangan enam tahun silam.
“wah si mike bisa romantis juga” tawa tari sambil melahab bebek bakar pesanannya
“muak ngeliatnya” senyum reval
“seperti biasa kamu gak suka hal berbau romantis” cibir tari
Reval melihatku yang dari tadi menjadi anak baik hanya mendengarkan tanpa ikut bersuara. Aku palingkan wajahku dari tatapannya. Tatapannya masih seperti dulu, tajam tapi lembut. Tari yang melihat keadaan ini menyenggol lenganku.
“ngomong dong sya, dari tadi dengerin kita berdua ngobol aja” kata tari
“aku gak ngerti topik apa yang kalian bicarain” kataku membela diri sendiri
“oh iya” kata tari tertawa
“mike tunanganku, kami bertemu dua tahun lalu di aussie tapi aku pacaran dengannya setahun belakangan ini” katanya menopang wajah di atas meja sambil melihatku
Manis! Mataku berbicara lain dari perasaanku.
“cowok?” refleks aku bertanya
Reval tersenyum, kemudian mengangguk. Dadaku berdebar melihat senyumnya.
“pertanyaan aneh sya” kata tari melanjutkan makan siangnya
Aku risih reval memandangku dengan tatapan yang membuat luluh. Benteng yang kubangun enam tahun lalu haruskah runtuh melihat tatapannya.
***
Pukul 22.00 aku masih berdiri di depan jalan raya menunggu taksi. Tiba-tiba motor ninja warna hitam berhenti didepanku. Aku melihatnya bingung, apa yang akan dia lakukan padaku?!.
“aku anter ya” suara seseorang itu membuka helmnya
“gak usah” kataku cepat setelah tahu orang itu adalah reval
“udah malem sya. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa” katanya memelas
“aku udah gede jadi gak perlu dijagain lagi” kataku sombong sambil berjalan menjauh dari reval dan motor ninja kerennya
Tapi belum sampai sepuluh langkah, aku berhenti. Sekarang pemandanganku penuh dengan anak-anak jalanan yang siap menerkamku. Aku tak bergerak, aku takut anak jalanan itu tapi aku juga takut dengan reval. Seperti makan buah simalakama hidupku hari ini.
“gimana tawaranku?” tanyanya mendekat
Aku melihatnya gengsi tapi akhirnya aku mau diantarnya.
“malam, mimpi indah ya” katanya tersenyum setelah sampai didepan rumahku
Aku tak memperdulikan kata-katanya, aku berjalan menjauh darinya. Aku tak peduli dengan dia, benar tidak peduli, sungguh tidak peduli, sedikit peduli sih hanya sedikit.
“makasih” kataku menutup pintu rumah
Dikamar aku memikirkan hari ini. Hari yang membuatku gila, membuatku stress, membuatku shock. Tadi pagi aku melihatnya tengah bersama teman-teman kantorku, siangnya aku lunch bersamanya dan tadi aku diantar dia pulang. Oh god! Ku benamkan tubuhku dibawah selimut.
***
“sya lina ngajak makan lagi, kali ini dia mau ngenalin mike” kata tari antusias
Aku tak menjawab, mataku tertuju didepan komputer tapi pikiranku tak disitu. Bayangan dia dengan pria itu tadi pagi membuat konsentrasiku hilang. Mereka begitu mesra, reval begitu bahagia pria itupun sama. Akupun harus turut bahagia karna reval sudah sembuh tapi aku tidak biasa membohongi hatiku kalau aku merasa kehilangan dia. Dia yang selalu hadir disetiap aku melakukan apapun selama enam tahun. Kenangan yang tetap melekat hingga sekarang tapi tadi aku melihatnya dengan pria itu. Apa aku telah? Ahh aku gelengkan kepalaku.
“ayo” kataku menarik tangan tari
Akan kubuktikan aku tidak menyukainya. Kata yang membuatku jijik. Akan kubuktikan itu cuma perasaan yang takkan berpengaruh apa-apa. Aku salah! Sekarang aku melihatnya tengah bercanda dengan bule ganteng itu, hatiku serasa kosong, mataku hangat. Aku kenapa?! apa aku tidak mau kehilangan dia? Aku benci diriku sendiri. Kami mendekati mereka. Aku dan tari satu persatu menjabat tangan mike. Mereka berbincang cukup lama tapi aku tidak ikut berbicara, aku hanya menunduk mengatur emosiku sekarang yang sungguh sangat menyesakkan. Mike sudah pergi sepuluh menit yang lalu, aku masih menunduk.
“kamu sakit sya?” kata reval
Aku menggeleng. Kumohon jangan bicara padaku, dadaku terasa begitu sesak. Mataku menghangat. Tanpa terasa air mataku mengucur deras membanjiri wajah. Mereka berdua melihatku cemas. Aku menampik tangan reval yang memberiku tissue. Tapi sepertinya dia tersinggung.
“aku cuma khawatir sama kamu” katanya lemah
Aku sesenggukan. Aku tidak tahu mengapa aku menangis seperti ini. Tanpa persetujuan mereka berdua aku berjalan lunglai menjauh.
***
Aku duduk dipantry sambil meminum teh yang baru saja aku buat, lumayan menenangkanku. Tari menghampiriku kemudian menatapku lembut. Aku balik menatapnya bingung.
“reval minta maaf. Dia terlalu takut kalau untuk ngomong sendiri” katanya
Apa tadi ‘reval’?! bukannya tari biasa memanggilnya dengan sebutan ‘lina’ dan kenapa reval harus minta maaf kepadaku?!. Aku saja yang tidak bisa mengontrol emosiku.
“reval?! Kenapa harus minta maaf? Enggak ada yang salah” kataku sok santai
“kamu teman SMAnya revalkan? Dia minta maaf masalah enam tahun yang lalu. Dia cerita padaku karna pernyataanya kamu jadi berubah drastis dari SMA dulu. Perasaan itu tidak pernah salah sya, dia juga punya perasaan alamiah yaitu mencintai. Mungkin objeknya aja yang salah. Reval perempuan dan kamu juga perempuan. Dia tidak ingin kamu seperti ini. Dia sedih melihatmu seperti ini” kata tari panjang lebar
“dia sudah sembuh buktinya saja panggilan dia sekarang lina dan mike” kataku bergetar
“lina! Mana mau dia dipanggil itu, cuma karna status mengharuskannya menggunakan nick itu. Sya mencintai sesama jenis itu bukan penyakit yang bisa sembuh, itu perasaan harfiah yang dimiliki setiap manusia yaitu cinta. Hanya cinta yang berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya. Tidak ada kata sembuh dan untuk mike. Bule aussie itu adalah permintaan terakhir kakak reval yang meninggal setahun yang lalu, kakaknya ingin reval menikah dengan mike. Dia tidak punya pilihan tapi yang aku tahu cinta reval hanya buat kamu” katanya mengusap air yang mulai turun dari matanya
Aku tertegun mendengar cerita tari, tehku kini sudah tidak bisa menenangkan pikiranku. Pikiranku kalut sungguh membuatku binggung.
***
Hari ini aku janji dengan reval. Sekarang aku sudah tidak takut lagi, ya tidak takut, benar aku tidak takut, takut sih sedikit. Dia menghampiriku, dia terlihat begitu keren mengenakan kemeja kotak-kotak hitam dengan gradiasi putih. Kami beriringan seperti sepasang kekasih, ups! Akhirnya kita berbincang di coffee bean. Ditemani cappuccino kami membisu. Aku meliriknya, dia tengah melihat kearah lalu lalang orang disekitar kita. Aku memberanikan diri memulai pembicaraan.
“tari udah ngomong semuanya” kataku menatap matanya
“trus?” katanya singkat menatap mataku
“kamu jadi nikah sama mike?” tanyaku malu-malu
“tergantung situasi. Kalau kamu terima cintaku akan kutolak mentah-mentah mike” katanya tersenyum nakal
Aku terbelalak. Tak kusangka reval akan mengatakan itu walaupun aku tahu dia hanya bercanda.
“aku juga minta maaf karna kejadian itu aku jadi ngejauhin kamu” kataku
“bukan salah kamu. Sekarang kamu ada disini aja udah lebih dari cukup” katanya tersenyum lembut
“terus kamu akan tetep nikah ama mike?” tanyaku ulang
“iya. Enggak ada pilihan” katanya tak melihatku
“oya tari deket banget ya sama kamu, sampe dia tahu segalanya tentang kamu” kataku
“dia mantan aku” katanya tenang
“hah” kataku melongo
Reval tersenyum kemudian memberantakan rambutku. Aku yang tidak terima memukul bahunya sambil tersenyum. Kulihat cahaya matanya meredup.
“kamu gimana? Udah dapet cowok apa belum?” katanya melihatku
Aku menggeleng
“sejak kejadian itu aku dibilang aneh sama semua orang jadi gak ada yang ngedeketin aku” kataku tersenyum
“berarti kamu gak laku ya” tawanya
Aku minum cappuccinoku untuk meredam rasa kesalku.
“oya kemarin kenapa kamu nangis?” katanya mengelap air mata dipelupuk matanya
“aku juga gak tahu. Tiba-tiba aja mataku panas pas ngeliat kamu sama mike” kataku keceplosan
Kali ini reval yang terbelalak kemudian memegang tanganku.
“boleh aku jadi sahabat kamu lagi sya?” tanyanya
Aku mengangguk cepat. Reval tersenyum, matanya lebih bercahaya dari pada tadi. Tubuhnya menyender disofa.
“lega” katanya tersenyum
Aku mengerutkan kening
“kenapa?” tanyaku
“kamu mau jadi sahabatku lagi. Aku emang akan tetap cinta sama kamu tapi aku gak akan maksa kamu cinta ama aku. Aku janji gak akan biarin kamu nangis karna aku lagi” katanya kembali tegak
Bertambah banyak kerutan dikeningku
“ye GR! kata siapa aku nangis karna kamu?!” bantahku
“haha kamu takut kehilangan akukan makanya kamu nangis” gelaknya
Aku minum cappucinnoku untuk menenangkan hatiku kembali karna omongan reval 100% benar. Aku malu mengakuinya, walaupun aku mencintai laki-laki tapi selama enam tahun reval tidak pernah luput dari pikiranku dan sebelum peristiwa itu kamipun bersahabat. Aku pikir setelah reval menikah dengan mike dia akan melupakanku tapi setelah mendengar ucapannya aku jadi tenang. Dan sekarang aku akan berusaha mengerti reval, menerima segala kelebihannya serta memaklumi semua kekurangannya. Aku ingin reval melengkapi hidupku dan aku melengkapi hidupnya.Postingannya keduanya menyusul pakai resi ya RM tercintaku.. sun tiga jari muahhh
salam meong meong..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Udah bacakan.. mari mari cipika cipiki sama yang punya :)